Mohon tunggu...
Lia Cisilia
Lia Cisilia Mohon Tunggu... -

seorang wanita yang sedang belajar menjadi ibu yang baik dan selalu ingin belajar tentang kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Aku Bosan Menjadi Istri

30 November 2011   15:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:00 3574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjadi seorang istri adalah dambaan hampir setiap wanita. Karena ada juga wanita yang memilih untuk tidak menikah dan itu artinya,mereka memilih untuk tidak menjadi istri.

Aku menjadi seorang istri,sekitar 7 tahun yang lalu. Ketika tanpa aku duga,seorang pemuda ganteng dan sederhana mengajakku menikah. Menjadi istri pada awal pernikahan bukan hal yang mudah buatku. Aku dan suamiku sempat berpisah tempat karena kami masih bekerja di kota yang berbeda. Dan ketika aku positif hamil,aku mengambil keputusan untuk resign dan mengikuti suamiku.

Setelah anak pertama lahir dan aku kembali memutuskan untuk bekerja,tugas menjadi seorang istri mulai berat kurasakan. Aku harus berbagi peran, waktu dan tentu saja tenaga.

Dalam karierku, boleh dibilang aku termasuk karyawan yang gesit,cepat tanggap dan bisa mengambil keputusan dengan baik. Aku memiliki totalitas dalam pekerjaanku dan aku sangat menikmatinya. Karena aku memang suka bekerja. Di rumah, aku seorang wanita beranak satu yang harus menyediakan waktuku untuk merawat anakku, menemaninya bermain dan memberikan kedamaian yang selayaknya diberikan seorang ibu kepada anaknya. Aku juga seorang istri yang harus melayani dan mengasihi suamiku,menyiapkan baju kerjanya,menyiapkan bekalnya ke kantor dan tugas tugas lain sewajarnya seorang istri.

Waktu terus berjalan dan aku mulai mengalami banyak sekali tekanan. Baik dalam pekerjaan ataupun dalam rumah tanggaku. Konflik bermunculan satu per satu bahkan kadang bersamaan. Ketika aku pulang kantor,aku mendapati rumah yang berantakan, aku mulai emosi. Aku paling benci berantakan!! Akhirnya mau tidak mau,aku harus membersihkan rumah diantara lelahku sepulang bekerja. Karena saat itu aku mempunyai pembantu yang sore hari dia pulang. Belum lagi anakku yang minta aku membacakan buku cerita untuknya. Belum lagi suamiku yang meminta aku memasakkan sesuatu, Sampai sampai aku sering nggak mandi sepulang kantor,karena setelah urusan rumah selesai,aku langsung tertidur. Dan itu kualami setiap hari. Dan jujur saja,aku lebih enjoy berada di kantor daripada di lingkungan keluargaku. Kantor tempat aku melampiaskan penatku menjadi seorang istri. Di kantor,aku menjadi wanita yang bebas dan mandiri.

Hingga aku mencapai pada suatu titik kejenuhan yang teramat sangat!! Aku marah pada diriku sendiri jika aku mengerjakan pekerjaan rumah tanggaku. Imbasnya,aku menjadi emosi kepada anakku. Aku ingin pergi,aku ingin istirahat,aku ingin mempunyai waktu hanya untukku. Aku lelah menjadi seorang istri..... Sampai pada puncak kekesalanku menjadi seorang istri,aku berkata pada Tuhan, "Tuhan....aku bosan menjadi seorang istri!!" Lalu aku cuma bisa menangis,entah apa yang aku tangisi. Dan tak ada jawaban apapun dari Tuhan atas keluhanku. Justru yang muncul adalah pertanyaan pertanyaan yang aku sendiri tidak tahu jawabnya. Saat aku menangis,meratapi nasibku,hati kecilku bertanya...

Lalu,kalo kamu bosan menjadi istri,kamu mau bagaimana?

Apa kamu akan pergi begitu saja dari rumah,meninggalkan anak dan suamimu?

Apa kamu mau bilang ke suamimu, "Aku bosan,Mas jadi istrimu. Kita sudahi saja pernikahan ini"?

Ini bukan pacaran,ini pernikahan,nggak semudah bilang putus kayak orang pacaran.

Aku bergulat dengan perasaanku sendiri. Aku tak tahu kemana aku mencari jalan untuk mengusir rasa bosan yang rasanya sudah menggunung itu. Meski orang lain tak pernah tau apa yang terjadi dalam batinku. Mereka selalu melihat aku baik baik saja,lancar lancar saja membagi waktu antara karier dan rumah tangga. Mereka tidak pernah tau,di relung hatiku yang terdalam,aku sering menjerit, meronta dan ingin melawan keadaan ini. Apalagi,aku tak lagi punya tempat untuk melampiaskan penatku menjadi istri,seperti saat aku masih bekerja dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun