Aku cuman bisa menjawan njih mas seperti biasanya. "Dulu SMAN VII sebelum pindah ke Jalan MT. Haryono dekat Alun-alun Kidul, ya di situ. Tapi siang setelah murid-murid Teladan pulang," tambahnya.
"Oya to mas?" jawabku.
Tidak lama sampailah di SMAN IV yang depannya lapangan sepakbola lebih luas dari lapangan Pandawa. Ini pasti sesuai standar lapangan bola. Alangkah senangnya aku sekolah di sini. Tentu hobiku tersalurkan di sini, dalam batin.
Ku beli formulir di panitia penerimaan siswa baru dan harus diisi untuk dikembalikan paling lambat 3 hari dari sekarang dengan dilampiri beberapa dokumen. "Silahkan bapak isi formulir ini dan pilihan pertama dan kedua di rayon ini bisa dilihat di sini," kata panitia menunjukan daftar SMAN yang masuk di rayon B.
"Baik mbak, jika memilih SMAN VII apakah kami harus ke sana juga mbak?" Tanya Mas Erfi.
"Tidak harus pak. Cuman kalau mau lihat sekolahnya ya silahkan. Kita sudah terkoneksi dengan semua SMAN yang masuk dalam rayon B," jawab mbak yang berjilbab putih.
Kami pun membawa formulir untuk diisi di kos dan setelah berkeliling melihat fasilitas yang ada. Selain lapangan bola, ada juga lapangan basket di tengah-tengah ruang belajar mengajar.
"Kita ke SMAN VII yuk, biar mantab koe milihnya."
"Njih mas," seperti biasa jawaban standarku.
Bersambung......
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI