Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Parman (1)

4 Januari 2022   09:35 Diperbarui: 12 Januari 2022   19:14 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapak sangat keras dalam mendidik ku yang waktu itu anak lali-laki satu-satunya, sebelum adik mbontot lahir. Setelah sholat isya di mesjid aku harus pulang kerumah dan diperkenankan nonton TV sebagai hiburan pengganti.

Namun Alhamdulillah, di kampungk ada Mas Ermanu. Dia mahasiswa Teknik Elektro, UGM. Setiap dia pulang kampung saat liburan semester selalu mengajari kami mengaji setelah magrib di mesjid dekat rumah. Selain mengajari kami mengaji, ia selalu bercerita tentang kisah-kisah nabi dengan gaya yang menarik dan lucu. Berkat bimbingannya aku pernah jadi juara azan di sekolah.

Sering juga kami diajak jalan-jalan menyusuri sawah, sungai dan kampung sebelah pada hari minggu. "Kita selain mengaji ayat-ayat Allah di mesjid juga perlu rihlah untuk membaca ayat-ayat kauniyah yang ada di alam semesta," kata lulusan SMA Muhi Jogja ini.

Dari Mas Ermanu inilah saya berkeinginan untuk meneruskan SMA di Jogja. Bapak pun sangat mendukung karena yakin akan lebih baik untuk masa depan jika aku tetap meneruskan sekolah di kampung.

"Bapakmu isyallah sanggup mbiayai koe sekolah neng Jogja. Syukur-syukur iso lanjut nang UGM koyo paklikmu le," jawab bapak waktu aku mengutarakan keinginan sekolah di Jogja.

Jika teringat hal ini, sering aku meneteskan airmata betapa baiknya bapak walau dalam didikannya terasa keras pada anak-anaknya. "Semoga jadi amalan baik bapak di alam sana ya pak. Aamiin YRA," bisikku saat teringat bapak.

Setelah bapak setuju, aku sampaikan berita gembira dan sekaligus konsultasi untuk tindaklanjutnya kepada ke Mas Ermanu. Waktu itu masih awal kelas 3 SMP jadi cukup waktu untuk mendapatkan NEM minimal agar bisa masuk di salah satu SMAN di jogja.

"Ya kamu harus belajar keras. Karena persaingan untuk bisa masuk SMAN di jogja tuh gak gampang," kata tentor Primagama itu.

Di kecamatan belum ada bimbingan belajar. Belajar mandiri dengan kerja keras dan ketekunan itu lah satu-satunya untuk bisa meraih NEM yang tinggi. Waktu main bola pun akhirnya aku kurangi sehingga cukup energi untuk belajar pada malam hari.

Usaha keras dan doa dari kedua orang tuaku berbuah manis. NEM ku masuk 10 besar di sekolah. Berita ini pun kembali aku sampaikan ke Mas Ermanu via telpon karena waktu itu dia ada di Jogja.

"Alhamdulillah," jawaban pertamanya ketika aku kabari berita ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun