Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Parman (1)

4 Januari 2022   09:35 Diperbarui: 12 Januari 2022   19:14 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sekolah di SDN Kalierang VI yang merupakan SD Impres dan meneruskan ke SMPN I Bumiayu. Kedua sekolah tersebut jika dari rumah melewati bioskop SENA. Aku mengenal Bioskop ya dari si Zaenul pada usia yang sangat dini.

Film Mandarin umumnya berupa film action, lain dengan film Indonesia waktu itu yang laris adalah film yang tidak senonoh. Walaupun tidak nonton, tapi gambarnya terpampang sangat jelas dan dilihat oleh usia berapapun.

SDN Kalierang II letaknya berhadap-hadapan dengan SD-ku. Jika dibandingkan dengan SD-ku, seperti Bumi dan Langit. SDN II ini banyak menorehkan prestasi dan yang paling menonjol adalah Drumband tiap HUT RI selalu tampil memukau dan meraih juara tingkat kecamatan.

Karno, teman sekelasku yang lain juga suka nonton bioskop. Kalau Zaenul suka film Mandarin, Karno suka film India. Dia pengagum Amitabacan dan selalu mendendangkan lagu sambil bergoyang ala India di setiap kesempatan.

Karno ini karena suka film India mungkin menjadikannya lebih cepat dewasa dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Terbukti Dia di usia yang belum 10 tahun sudah naksir Sinta, murid SD sebelah. Sinta ini orang Jawa tapi berkulit putih dan bermata sipit seperti orang China.

Sinta punya adik yang tidak kalah cantik, bernama Santi murid SDN II juga. Suatu saat Karno ngomong sama aku, "Dir, Sinta cantik ya?"

"Iya," jawabku pendek.

"Kamu naksir juga kan?"

"Enggak lah. Tapi kalau adiknya ya oke juga sih. Hahahaha," jawabku sekenanya.

Tahun 1986 aku lulus SD dengan NEM lumayan sehingga bisa masuk SMPN I Bumiayu, sekolah favorit di kecamatan. Walau tidak pernah belajar di malam hari karena kecapean hampir tiap hari saat istirahat sekolah dan sore main bola, namun NEM cukup untuk bersekolah yang letaknya tidak jauh dari rumah.

Pergaulan anak muda di kampung waktu itu tidak lah baik untuk pertumbuhan seorang pada usia yang sangat labil. Merokok dan minum keras sudah menjadi gaya beberapa anak seusia SMP dan SMA. Bahkan ada anak-anak yang kurang mampu orang tuanya sudah memalak teman-temanya untuk mendapatkan barang-barang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun