Otonomi daerah memang telah membuat transfer kekuasaan dari pusat sepenuhnya diberikan kepada pemerintah daerah di tingkat kabupaten kota dan juga pada tingkat sekolah.
Kesenjangan kapasitas SDM di masing masing wilayah yang diberi otonomi dan pendanaan akan mempengaruhi bagaimana pengelolaan sektor pendidikan ini dilakukan.Â
Peran baru kepala sekolah, perekrutan guru, penetapan sistem penerimaan murid baru, serta proses perekrutan dan pemilihan sumber daya manusia di tingkat perguruan tinggi di masa pandemic ini tent juga perlu mendapat perhatian.
Tentu wajar untuk kita tanya bagaimana pemerintah daerah berperan dalam meningkatkan optimalitas sekolah dalam menyelenggarakan proses belajar di masa pandemi yang gelombangnya masih belum berakhir.Â
Kebutuhan yang Berubah
The World Economic Forum belum lama ini berkonsultasi secara virtual dengan kalangan muda yang berasal dari beberapa negara, antara lain Algeria, Argentina dan Afrika Selatan dalam forum World Youth Skills Day.
Kelompok muda itu mengajukan perlunya perubahan, desain ulang, dan eksplorasi baru atas jenis ketrampilan dan pengetahuan baru serta sistem pendidikan ke depan. Secara spesifik, perubahan yang diharapkan adalah :
1. Kurikulum yang berbeda untuk para siswa dan orang muda. Ini untuk merespons kebutuhan ketrampilan dan pengetahuan yang lebih modern dan situasi pasar kerja yang berubah dan pandemi yang melanda dunia.Â
Perubahan kurikulum tidak hanya menuntut perubahan materi dan metode belajar, tetapi juga guru yang berbeda.
Saat ini guru-guru yang ada adalah mereka yang disiapkan untuk abad 20, sementara murid murid saat ini berada pada teknologi abad 21.
Tuntutan atas cara menstransfer ilmu penetahuan melalui sistem daring di masa pandemic ini merupakan suatu lompatan kebuthan. Sementara guru tidak memiliki bekal melakukannya. Kesenjangan ini tentu menjadi terlalu lebar.