Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Darurat Pendidikan dalam Gelombang Pandemi

1 September 2020   07:57 Diperbarui: 2 September 2020   07:52 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua murid SD belajar di ruang terbuka di pinggir jalan yang ada signal kuat di pelosok Banten. Foto : ANTARA diunggah dari BBC.com

Demikian juga hasil untuk matematika adalah 379 dan sains 396, masih di bawah reratea anggota OECD yang rerata 489.

Sementara itu, China dan Singapura menempati peringkat tinggi untuk skor matematika, yaitu 591 dan 569. Hasil PISA juga menunjukkan bahwa terdapat disparitas pendidikan di tiap daerah, artinya kualitas pendidikan masih belum merata.

2. Miss-matched. Persoalan miss-matched antara pengetahuan dan ketrampilan dari hasil sekolah dengan apa yang dibutuhkan oleh lapangan kerja makin menganga. Apalagi, banyak tempat kerja tutup atau mengurangi pegawainya karena resesi ekonomi.

3. Infrastruktur - Kerusakan Bangunan Sekolah. Laporan Kilasan Kinerja 2018 Kemdikbud mencatat bahwa 1,2 juta atau 69% dari 1, 17 juta ruang kelas di seluruh Indonesia alami kerusakan.

Di dalam tulisan saya di Kompasiana tersebut saya acu laporan dari Kementrian Pendidikan Nasional dan Kimpraswil pada tahun 2018 bahwa di antara bangunan sekolah SD yang berjumlah 1 juta sekolah, yang rusak adalah sekitar 74% ruang kelas SD, sekitar 10 % diantaranya rusak berat.

Dan persoalan infrastruktur, termasuk air bersih tentu akan menjadi hambatan pertama bagi murid untuk bisa sering mencuci tangan.

Persoalan kerusakan di SLTP dan SLTA juga tinggi. Tujuh puluh persen dari 358.000 gedung SLTP, rusak, sementara 11% di antaranya rusak berat. Lima puluh lima persen dari 160.000 gedung SLTA rusak, 4% di antaranya rusak berat.

Lima puluh tiga person gedung SMK rusak, dan 3% di antaranya rusak berat. Sementara untuk SLB, di antara 22.000 sekolah, 64% di antranya rusak dan 4% di antaranya rusak berat.

Saya duga persoalan kerusakan infrastruktur sekolah akan memburuk di tahun 2020. Implementasi rehabilitasi dan renovasi sekolah di tahun 2018 lambat. Hanya 2 dari 558 SD yang berhasil direhabilitasi di tahun 2018 dan hanya 3.815 SMP direhabilitasi dan 100 SMA direhabilitasi.

Saya juga menduga pada tahun 2020 ini rehabilitasi gedung sekolah akan lebih lambat karena pemerintah sedang memfokuskan pendanaan pembangunan untuk tanggap covid-19.

Belum lagi soal kualitas pembangunan sekolah yang pada umumnya hanya sampai pada ‘nyaris selesai’ (Lizzie Blaisdell Collins, etALL, " Improving School Buildings in Indonesia", Januari 2019). Beberapa laporan menuliskan bahwa penyebab kualitas gedung sekolah yang buruk itu selain karena kualitas pengerjaan yang kurang baik juga karena penyelewengan Dana Bos (Teraslampung.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun