Responden dari Jepara Women Entepreneurs (JWE), yaitu persatuan perempuan pengusaha mebel, misalnya menyampaikan bahwa Jepara sudah memilik Perda tentang industri yang harus dilindungi di Jepara, yaitu industri permebelan.Â
Sementara, kelompok penduduk usia muda saat ini lebih senang kerja di pabrik sepatu dan garment karena mengharapkan UMR. Terdapat kekhawatian bahwa dalam 5 tahun ke depan, industri permebelan akan hilang Bila tidak dilindungi maka industri akan mati. Kekuatiran perubahan sosial juga mengemuka.
Beberapa reponden, baik perempuan dan laki laki, dan juga pejabat Dinas Perindsutrian dan Perdagangan mengkhawatirkan bahwa penduduk Jepara yang semula adalah enterpreuner akan berubah menjadi kelompok buruh, yang hanya mengandalkan gaji UMR.
Perubahan sosial ini dikhawatirkan akan merubah tipologi sosial dan demografi serta insfrastruktur di Kabupaten Jepara. Misalnya, saat ini ketersediaan dan kualitas perumahan di Kabupaten Jepara cukup baik.Â
Hampir tidak ditemui kampung dengan kualitas lingkungan dan sanitasi yang buruk. Dengan berubahnya struktur perekonomian kabupaten Jepara menjadi kota industri garmen, sepatu, dan elektronik, maka tipologi perubahan yang ada di Kabupaten Jepara akan menjadi seperti apa yang ditemui di Bekasi dan Kerawang.
Selain itu, pada industri tertentu, perusahaan pada umumnya akan memilih pekerja laki laki tinimbang perempuan karena pekerja perempuan memiliki cuti haid selama dua hari, yang dianggap mengganggu stabilitas industri.Â
Bila terdapat kecenderungan PHK karena kenaikan UMR, perempuanlah yang paling dahulu mendapat dampak. Artinya, peningkatan UMR akan berimbas pada pekerja perempuan.
Di tahun 2013 saja, sebagai akibat kenaikan UMR telah membuat sedikitnya 14.000 karyawan pabrik sepatu di-PHK. Peningkatan UMR 2020 yang cukup tinggi kemungkinan akan menyebabkan hal yang sama. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia mencatat hampir sejuta pekerja di-PHK sebagai akibat dari penetapan UMR 2018 (Tempo.com, 28 Desember 2018).Â
Beberapa kalangan sudah memperhitungkan pula potensi kenaikan harga barang konsumsi sejalan dengan kenaikan UMR. Jadi, jumlah barang yang dapat dibeli juga menurun, yang artinya, keseluruhan kualitas kehidupan keluarga bisa saja menurun atau tidak berubah dengan adanya UMR yang meningkat.
Jadi, dampak peningkatan UMR ini memang tidak sesederhana apa yang kita kira. Dampak positifnya banyak, namun dampak sampingan yang negatif juga berderet.Â
Pustaka : Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima