Konflik tanah atas interes swasta bisa saja terjadi. Investigasi yang memadai perlu dilakukan.
Kota Kota Baru dan Urbanisasi
Soal urbanisasi juga aspek kritikal yang potensinya perlu ada dalam hitungan pembangunan ibu kota baru. Apalagi ini soal ibu kota. Pertimbangan sosial perlu diperhatikan, dan bukan hanya soal rancangan dan pembangunan logistik dan infrasruktur saja.
Diperkirakan, lebih dari 51 % penduduk Indonesia hidup di perkotaan (Perkiraan UN DESA, 2018). Diestimasikan, proses urbanisasi dunia akan mencapai sekitar 66% pada 2050, dan akan terdapat 234 juta penduduk Indonesia akan hidup di perkotaan di tahun 2015.
Ini tentu angka yang membawa pula tantangan tentang bagaimana dunia, termasuk Indonesia mengembangkan kota kotanya. Apakah kota kota industri dengan wilayah kumuh, atau kota dengan peradaban yang memfasilitasi masyarakat dan bangsa untuk hidup berkualitas.
Saat ini, di Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada), terdapat sekitar 81% city dweller atau penduduk perkotaan sementara terdapat sekitar 80% penduduk kota di Amerika Latin dan Karibia, sementara sekitar 74% di Eropa.
Adalah wajar bila Indonesia perlu belajar dari beberapa negara seperti Malaysia, China, Sri Lanka, Nigeria, Kenya, Oman and Saudi Arabia dalam membangun kota kota barunya.
Di Malaysia, dikenal Kota Hijau "Green cities". Kota ini hanya 2 Km jaraknya dari Singapura Utara. Pembangunan kota ini sempat menjadi kontroversi karena dibangun di atas reklamasi laut. Kota ini dirancang untuk hidup 700.000 penduduk kota dan mencakup 14.000 km2 atau seluas Central Park di New York.
Stefano Boeri Architetti. Proyek ini akan menjadi wilayah tempat tinggal 30.000 penduduk, dengan wilayah kota komersial dan lengkap dengan ruang rekreasi. Kota akan dibangun dengan tanaman dan kota, serta seranggap untuk menyerap 10.000 ton C)2 tiap tahunnya serta menghasilkan oksigen sebanyak 900 ton per tahun.