Dalam pidatonya di UN Women dan UNICEF, ia mengatakan bahwa karena ia tak punya uang, maka Research and Development (R&D) baginya adalah T & F, trial and fail and trial and fail. Mencoba, gagal dan mencoba dan terus mencoba.
Budaya, Ekonomi dan Persepsi Manusia yang BersekutuÂ
Persoalan tabunya menstruasi atau haid yang dianggap kotor memang ada di India
"Saya tak akan membiarkan anak perempuan saya merasakan derita yang saya alami saat menstruasi. Keluarga saya memperlakukan saya seperti 'tak tersentuh'. Saya tidak boleh ke dapur, saya tidak bisa masuk ke tempat ibadah, saya tidak bisa duduk bersama orang-orang lain" (Manju Baluni, kepada BBC).
Di belahan dunia lain, menstruasi adalah persoalan bagi perempuan.
Studi yang dikutip tirto.id menunjukkan bahwa satu di antara 10 anak perempuan di Inggris dan Amerika tidak mampu membeli pembalut wanita.
Di Sub-Sahara Afrika, 10% anak perempuan putus sekolah karena alasan menstruasi.
Di India, 12% dari 355 juta perempuan pada usia reproduksi tidak memiliki akses pada pembalut wanita.
Persoalan menstruasi, kawin anak, dan melahirkan di usia anak adalah persoalan publik dan bukan hanya persoalan perempuan saja.
Olok olok pada perempuan haid juga ada di antara kita. Di masa opspek dulu, saya ingat kami mahasiswi diminta angkat tangan bila sedang menstruasi. Kami yang menstruasi diminta membuat barisan sendiri. Kami tidak perlu mengikuti 'siksaan' kakak senior, tetapi harus siap di'bully' setiap kali kami memulai kegiatan baru. Kelompok kami yang sedang menstruasi ini diberi nama kelompok 'owor owor'. Â Menyakitjan, namun, sering kali hal seperti ini dianggap hal yang normal.
Di Sumba, masih terdapat pandangan bahwa darah yang keluar bersamaan proses melahirkan adalah kotor. Oleh karenanya, perempuan dibuatkan kandang di kebun ketika melahirkan. Kandang itu berupa kandang panggung, di mana di bawahnya adalah tempat kambing dan babi dikandang. Perempuan melahirkan di kandang. Agar jauh dari kutukan, prosea melahirkan diasapi.Â
Ini pernah menjadi bagian dari film dokumenter yang kami produksi Sepii Sabana Di Ujung Pinang bersama Kompasianer Emmanuel Tome Hayon atau Oman dan program Kesehatan aibu Hamil dan Bayi Baru Lahir (AIPMNH) di tahun 2010. Film kami buat di beberapa wilayah, termasuk di desa Kamanggih di Sumba Timur. Film ini berupaya mendobrak isu kematian ibu yang tinggi, yang sebagiannya disebabkan oleh tarik menarik situasi dan kondisi budaya, geografis, serta dinamika pembangunan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menyuguhkan berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat, khususnya perempuan.