Juga ditambahkan bahwa karhutla yang terjadi sepanjang 2015 lalu hutan dan lahan yang terbakar mencapai 3 juta hektare luasnya. Sementara untuk tahun ini lahan yang terbakar luasnya 350.000 hektare.
Namun, dengan skala yang lebih besar dan luas dan begitu banyaknya persoalan, apakah informasi di atas bisa dianggap akurat?
Politik Pembangunan, Kebakaran Hutan dan Perubahan IklimÂ
Pertumbuhan kebun kelapa sawit atas alasan pertumbuhan ekonomi telah jadi panglima pada dekade ini. Rata-rata pertumbuhan luas lahan perkebunan kelapa sawit periode 1970-2017 mencapai 10,31%/tahun.
Berdasarkan data Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian luas lahan sawit di Indonesia mencapai 12,3 juta hektarare (ha).Â
Jumlah tersebut terdiri Perkebunan Rakyat (PR) 4,76 juta ha, Perkebunan Negara Besar (PNB) 753 ribu ha dan Perkebunan Swasta Besar (PBS) 6,8 juta ha. Adapun produksi minyak sawit nasional mencapai 35,36 juta ton denganproduktivitas 3,82 kg/ha.
Studi " Forestry, Forest Fires, and Climate Change in Indonesia" oleh Armida S. Alisjahbana dan Jonah M. Busch menuliskan beberapa kekuatiran. Memang pembukaan kebun kelapa sawit mendorong pertumbuhan ekonomi.Â
Tetapi, kerugiannya besar pada aspek lingkungan. Walaupun Indonesia sudah menandatangani konvensi dan protocol untuk perlindungan hutan Indonesia, tetapi negara kitapun melakukan pelanggaran dengan tidak menjaga hutannya.
Perubahan iklim yang mempengaruhi kualitas alam sering tidak dianggap. Perdebatan terus terjadi dan tidak dipercaya oleh parlemen maupun pemerintah sebagai contributor dalam kasus kebakaran hutan.
Studi itu menganalisis perkembangan terkini dan mempertanyakan beberapa hal terkait kehutanan, kebakaran hutan, perubahan iklim.