Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Internasional Perdamaian. Selamat untuk Mbak Maurin!

21 September 2019   00:00 Diperbarui: 21 September 2019   07:14 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku Dear Malaikat Izrail ( Foto : Penerbit)

Hari Internasional Perdamaian

Hari ini, 21 September adalah hari Internasional Perdamaian. Sejak 1982, hari International Perdamaian ini telah ditetapkan oleh PBB sebagai hari yang didedikasikan untuk memperkuat perdamaian dan melawan rasisme dan ketidakadilan, baik di dalam negara maupun antar manusia.

Pada 1982 itulah, bunyi lonceng perdamaian dilakukan, menandai peringatan di kantor pusat PBB di New York. DI bawah ini adalah rekaman peringatannya di tahun 2011. 


Damai di sini bukan hanya berarti tiadanya perang, tetapi juga tiadanya konflik di tataran keluarga, masyarakat dan negara. 

Tentu saja, perdamaian memerlukan upaya membangun, bukan hanya perayaan.

Peringatan hari Internasional Perdamaian bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memobilisasi komitmen dan sumber daya untuk menyelesaikan persoalan persoalan negara dan global, serta untuk mencapai tujuan kemanusiaan.

Peringatan ini relevan dengan berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia akhir akhir ini. 

Perlunya perdamaian antara masyarakat Papua dengan masyarakat Indonesia secara luas. 

Perlunya perdamaian dan perwujudan keadilan dalam mempertimbangkan revisi UU KPK. 

Stop hal semacam ini. 


Perlunya membangun perdamaian dalam mencapai kepentingan bersama dalam mencegah kebakaran hutan. 


Perlunya perdamaian di antara partai partai dan anggota DPR kita, demi kepentingan pemilihnya. 

Perlunya perdamaian antar supporter kesebelasan sepak bola. 

Perlunya perdamaian di antara anggota keluarga.

Perlunya perdamaian antar murid di sekolah, dan antara murid dengan guru. 

Perlunya perdamaian antar bangsa Indonesia dan dunia. 

Saya berharap bahwa seluruh warga bangsa ini, termasuk para pemimpin, DPR dan Presiden Jokowi juga menjadikan hari ini adalah hari yang istimewa dalam upaya menjaga perdamaian di negeri dan di dunia. 

Peringatan Hari Internasional Perdamaian 2019

Di tahun 2019 ini, saya sengaja memperingati Hari Internasional Perdamaian dengan salah seorang Kompasianer. 

Bersama mbqk Maurin di sebelah banner launching buku Dear Malaikat Izrail ( Dokumentasi Pribadi)
Bersama mbqk Maurin di sebelah banner launching buku Dear Malaikat Izrail ( Dokumentasi Pribadi)
Kompasianer ini giat mendorong upaya perwujudan perdamaian melalui ajakan menghargai dan menghormati serta menyayangi sesama, tanpa membedakan kulit, ras, percayaan dan agama maupun jenis kelamin.

Peringatan ini rupanya bertepatan dengan suatu peristiwa yang menarik. Latifah Maurinta atau mbak Maurin menerbitkan bukunya "Dear Mailakat Izrail", novel bersambung yang telah menemani kita setiap hari di beberapa bulan yang lalu.

Buku Dear Malaikat Izrail
Buku Dear Malaikat Izrail
Ini adalah kisah persahabatan Jose dan ketiga kawannya. Kebagiaan mereka tersobek oleh rasialisme, dan sindrom 'orang asing'. Di sekolah, anak anak itu 'dibully'. Kesedihan tak berhenti di situ. Pada suatu kontes menyanyi, Jose dan sobat-sobatnya terpilih menjadi finalis dan mengikuti karantina selama seminggu. 

 Sayangnya, ketiga sahabat Jose meninggal sebelum tampil. Mereka jadi korban bom gereja dan penembakan masjid. 

 Jose sedih sekali. Dia tak mengerti, mengapa orang dewasa suka sekali bertengkar dan sulit menerima perbedaan. Dia pun menulis surat-surat untuk Malaikat Izrail. Surat-surat itu diikatkannya pada balon, dan diterbangkan ke langit. Yang lebih menyedihkan, Jose bahkan trauma untuk melakukan sholat karena ingat para sahabatnya. 

 Adalah sang bapak, Ayah Calvin, yang mendampingi Jose dan menguatkan hati anaknya. 

Jose rela melepas kepergian sahabat sahabatnya setelah ia bermimpi bertemu para sahabatnya. Jose makin memberi perhatian kepada anak anak berkebutuhan khusus. 

 Jose pada dasarnya anak berbakat yang pintar. Selain menjadi juara menyanyi, ia juga juara kelas. Semua prestasinya ia dedikasikan kepada ayah Calvin dan para sahabatnya. 

Hari ini, buku Mbak Maurin telah siap untuk bisa dibeli masyarakat. Juga abda bisa mendapatkannya. Sebuah penerbit telah setuju untuk bekerja sama, dan mendukung Mbak Maurin.

Perjalanan untuk mendapatkan penerbit ini tidak mulus begitu saja. Kami berdua sempat mengupayakan untuk mendekati lembaga nirlaba, mengingat misi novel Mbak Maurin memang untuk mendorong semangat perdamaian dan anti rasial.

Syukurlah, setelah beberapa kali upaya, Mbak Maurin menginformasikan bahwa ia telah mendapatkan penerbit. 

Hari hari selanjutnya merupakan hari hari negosiasi Mbak  Maurin dengan editor dan penerbitnya. Saya sebut negosiasi karena tidak semua saran editor sesuai dengan  keinginan hati Mbak Maurin.

Namun, pada akhirnya, novel selesai di'lay out'. Buku siap dipesan. Pembeli buku akan pula mendapat hadiah dan 'merchandise' yang lucu dan menarik. Ini tentu membuat Mbak Maurin senang.

screenshot-20190920-235513-whatsapp-5d8505270d82307ae77a2002.jpg
screenshot-20190920-235513-whatsapp-5d8505270d82307ae77a2002.jpg
Satu hal yang saya harus meminta maaf kepada mbak Maurin adalah kegagalan saya memenuhi janji saya. Mbak Maurin meminta saya menulis Kata Pengantar pada buku ini. Namun saya tidak bisa menyampaikan kepadanya, sampai buku ini terbit.  Maafkan saya, mbak Maurin. 

Pertemuan dengan Mbak Maurin

Minggu ini saya memberi tahu mbak Maurin, bahwa saya akan punya jadwal bekerja di Bandung. Ada sedikit waktu kosong di sore hari yang kami bisa bertemu. 

Akhirnya, kami menyepakati waktunya. Kami bertemu di suatu tempat. Senang sekali bertemu dengan Mbak Maurin yang cantik dan imut. 

Kami berbicara tentang banyak hal. Tentang tiga bukunya yang akan terbit di tahun 2019. 

Tentang mimpinya menjadikan novel novelnya sebagai film kemanusiaan. 

Tentang keinginannya untuk menjalani pendidikan S2 nya. 

Tentang mimpinya untuk membuat butik dan peragaan busana yang didedikasikan untuk kelompok muda berkebutuhan khusus.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Mbak Maurin bercerita tentang betapa ia suka tampil di panggung. Ia suka menyanyi atau memeragakan baju.

Ketika saya tanya mengapa ia suka tampil di panggung. Saya mendapatkan jawaban yang sungguh menyentuh hati. "Sebagai orang berkebutuhan khusus, saya hampir terlewat dari perhatian. Bila saya tampil di panggung, saya bisa menunjukkan kemampuan saya. Mata memandang saya. Saya menjadi sama dengan mereka".

Dari cerita itu, saya terus mendengar mbak Maurin bercerita. Sebagai gadis berkebutuhan khusus, ia menghadapi cukup banyak hambatan. Hambatan itu terjadi ketika harus bergaul, berteman, dan ketika dalam menjalankan proses belajar di sekolah dan di kampus. Ia merasa bahwa tidak semua orang 'normal' di lingkungannya menerimanya dengan baik. Ini membuatnya takut, bahkan takut bersahabat. 

Saya tanyakan, apakah ia memiliki banyak sahabat. Ia katakan tidak.

Sungguh menyentuh mendengar mbak Maurin berkata " dua hari ini saya tidak kesepian". Kami memang bertemu dalam dua kesempatan. Peluk mbak Maurin. 

Baginya, dimahami adalah suatu anugerah.

Ia punya banyak mimpi. Namun, ketika ia bagi mimpinya kepada orang orang 'normal', dia mendapat tanggapan yang kadang kadang membuatnya ciut. Seakan ia terlalu ambisius. Seakan ia lebay. Seakan mimpi adalah bukan miliknya.

Sampai saat ini mbak Maurin masih merasakan 'trauma' ditolak oleh kalangan masyarakat 'normal' di tempat kerja, tempat ia magang. Kebetulan itu adalah lembaga penerintah. Politik kantor membuatnya kapok.  Padahal, ke depan ia tentunya akan melakukan banyak kegiatan dengan lingkungannya.

Mbak Maurin saat ini sedang gelisah menanti pengumuman dari LPDP. Ia hendak meneruskan pendidikan S2 nya. Ada ketakutan yang ia sampaikan, yaitu takut proses wawancara LPDP akan dilakukan dengan bias atau diskiriminatif.

Saya menyarankan padanya untuk menempuh S2 di negara yang bisa memberikan layanan kepada orang berkebutuhan khusus, seperti Australia. Namun, mbak Maurin katakan bahwa itu hampir tak mungkin. Keluarga tak mengijinkan gasis bontot kesayangannya pergi sendirian. Apalagi ke Australia. 

Kalaupun ke Australia, mbak Maurin pasti tidak boleh sendiri. Sementara membawa seseorang untuk turut serta tentu repot. 

Di situ saya sedih, dan tentu ini mbak Maurin sudah rasakan sejak lama.  Mengapa masyarakat dan lingkungan kita banyak yang belum  dan tidak bisa menghargai mereka yang berkebutuhan khusus seperti apa adanya. Jangankan penyediaan sarana dan prasarana oleh pemerintah, sikap menerimapun kadang sulit didapat.

Pada hari Internasional Perdamaian ini, saya hendak ucapkan selamat kepada Mbak Maurin.

Pada hari ini pula, saya dan mbak Maurin menyepakati sebagai Peluncuran Buku Dear Malaikat Izrail. Kami berdua membuat perayaan kecil dalam peluncuran bukunya. 

Kami mendiskusikan banner, yang dicetak  mbak Maurin, bertemu untuk kedua kalinya dan kami berfoto berdua. Seru. 

Kami berjanji meneruskan upaya upaya lain. Menggalang dana untuk pembuatan film pendek Dear Malaikai Izrail melalui KitaBisa.com. 

Kami akan membuat suatu diskusi kecil tentang buku Dear Malaikat Izrail dalam waktu dekat, dan menyertakan lomba menulis tentang buku ini,  dengan hadiah bagi pemenangnya. 

Kompasianer beli buku mbak Maurin ya🙏

"Selamat, Mbak Maurin. Tetaplah berani dan gembira menyambut hari esok. Masa depan dan mimpimu adalah milikmu. Buku ini hanya satu contoh dari prestasimu. Kamu akan terus menulis dan menghasilkan karya yang akan menginspirasi sekitarmu, bahkan dunia.

Banyak kawan ingin jadi sahabatmu. Sambutlah mereka. 

Dunia ini indah ketika kita menjalin persahabatan. Bergembiralah. 

Selalu percaya bahwa Tuhan memberikan keistimewaan untukmu dan akan menjadikan cita citamu terwujud. Aamiin YRA.

Selamat Hari Internasional Perdamaian untuk mbak Maurin. Juga selamat untuk Kompasianer dan pembaca semua.

Salam damai dan kasih sayang.

Pustaka : Satu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun