Pertemuan dengan Mbak Maurin
Minggu ini saya memberi tahu mbak Maurin, bahwa saya akan punya jadwal bekerja di Bandung. Ada sedikit waktu kosong di sore hari yang kami bisa bertemu.Â
Akhirnya, kami menyepakati waktunya. Kami bertemu di suatu tempat. Senang sekali bertemu dengan Mbak Maurin yang cantik dan imut.Â
Kami berbicara tentang banyak hal. Tentang tiga bukunya yang akan terbit di tahun 2019.Â
Tentang mimpinya menjadikan novel novelnya sebagai film kemanusiaan.Â
Tentang keinginannya untuk menjalani pendidikan S2 nya.Â
Tentang mimpinya untuk membuat butik dan peragaan busana yang didedikasikan untuk kelompok muda berkebutuhan khusus.
Ketika saya tanya mengapa ia suka tampil di panggung. Saya mendapatkan jawaban yang sungguh menyentuh hati. "Sebagai orang berkebutuhan khusus, saya hampir terlewat dari perhatian. Bila saya tampil di panggung, saya bisa menunjukkan kemampuan saya. Mata memandang saya. Saya menjadi sama dengan mereka".
Dari cerita itu, saya terus mendengar mbak Maurin bercerita. Sebagai gadis berkebutuhan khusus, ia menghadapi cukup banyak hambatan. Hambatan itu terjadi ketika harus bergaul, berteman, dan ketika dalam menjalankan proses belajar di sekolah dan di kampus. Ia merasa bahwa tidak semua orang 'normal' di lingkungannya menerimanya dengan baik. Ini membuatnya takut, bahkan takut bersahabat.Â