Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Brondong Pelupa

26 Agustus 2019   11:41 Diperbarui: 28 Agustus 2019   09:38 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu saat Adimas kembali ke warungku setelah setengah jam ia berpamitan pulang. Kali ini Adimas nampak bingung. Adimas lupa di mana motornya ia parkir. Rupanya parkiran telah penuh ketika ia tiba di kampus. Ia akhirnya memarkir motornya di parkiran fakultasnya, di kampus utara. 

Sering geli juga dengan sifat pelupanya. Aku hanya bisa berkomentar "Mas, kalau lupa di mana parkir kan saya ga bisa nolong to? Wong parkirnya ga di warung saya". Adimas hanya tergelak, dan ia ngeloyor pergi melanjutkan pencarian motornya. Mas Karso hanya bisa geleng kepala, seakan heran tapi memahami. 

Jadi, bukan apa apa. Sifat lupanya itu yang membuat ada komunikasi antara aku dan Adimas. 

Sebagai perempuan normal, tentu aku merasakan deburan darah yang tak normal kalau Adimas berdiri dekat sekali denganku. Entah mengapa, Adimas yang tingginya sekitar 180 cm itu hampir selalu berdiri dekat sekali denganku ketika ia membayar gado gado. Dan, akupun tak berusaha membuat jarak. Bagiku, bau minyak wanginya merupakan hiburan selama kerja di warung. Menurutku, ia sangat laki laki. Selebihnya, aku tak pernah berani menatap mata Adimas ketika ia membayar.

Suatu kali, Adimas menawarkanku membonceng pulang karena kost nya melewati rumah kontrakanku. Kala itu warung sudah tutup dan aku sedang berbenah hendak pulang. Tentu aku menolak halus. Pulang ke rumah bagiku berarti membawa segala macam rantang dan keranjang karena aku harus bawa kembali besok bersama bahan bahan sayuran dan buah buahan yang ia harus kulakan setiap pagi jam 3.

Nanti apa kata orang bila aku berboncengan dengan brondong. 

Juga, aku sudah berjanji dengan diriku untuk memasang pagar. Aku tak hendak mengiyakan ajakan ngobrol dengan para mahasiswa. Meski aku tahu, ada beberapa mahasiswa yang menggodaku.

Apalagi aku sempat mengamati bahwa Saskia sering bertegur sapa dengan Adimas. Juga mereka sering berbicara berdua. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan, dan aku tak pernah tanyakan ke Saskia. Namun, nampak nyata bahwa keduanya punya hubungan istimewa. Aku tak mau kepercayaan Saskia padaku hilang. Saskia yang menganggapku sebagai kawan curhatan. Dan bagiku, Saskia adalah satu satunya pelanggan yang juga bisa dikatakan sahabatku. Meski tak banyak yang kusampaikan, aku pernah selintas bercerita soal kondisiku yang menjanda. Juga keseriusanku mencari nafkah untuk Ardi. Itupun karena Saskia menanyakanku. Entah mengapa, aku percaya bahwa Saskia tak akan membocorkannya.

***

Hari ini aku cukup sibuk. Banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mampir warung setelah UAS. Tampaknya semua mahasiswa hadir demi ujian.

Belum jam 3 sore ketika semua makanan utama, Gado Gado, Rujak Buah dan Karedok sudah 'sold out'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun