Saya pribadi setuju bila trotoar tempat masyarakat pejalan kaki dilebarkan. Ini menjadikan pejalan kaki menjadi warga yang setara.Â
Berbagai studi tentang pembangunan area jalan kaki di kota besar di dunia memang menjanjikan kenyamanan bagi warganya. Ini tentu juga disertai situasi dan lingkungan keamanan sehingga warga tidak merasa takut berjalan kaki.
Hal lain yang dituntut suatu kota agar menjadi kota yang nyaman bagi pejalan kaki adalah tata kota yang juga difasilitasi transportasi kota yang ramah lingkungan. Artinya, jumlah mobil perlu dibatasi, sementara infrastruktur kota juga memadai untuk menjamin tersedianya transportasi masal.
Kualitas udara Jakarta tentu harus diperbaiki. Belakangan, laporan menunjukkan bahwa kualitas udara Jakarta menurun dan menjadi sangat buruk. Data pada Kamis 25 Juli 2019, misalnya menunjukkan bahwa AirVisual menunjukkan air quality index (AQI) DKI Jakarta lebih parah dari hari sebelumnya Rabu (24/7) yaitu mencapai nilai 170. Hingga pukul 09.30 WIB, AQI di Jakarta menunjukkan nilai sebesar 158. Nilai tersebut menujukkan udara di Jakarta dikategorikan tidak sehat (Detik.com).Â
Idealnya, kota yang memungkinkan masyarakat pejalan kaki berjalan aman dan nyaman akan tumbuh menjadi area yang subur untuk pebisnis pula. Ini menjadi pengalaman beberapa kota besar dunia. Di San Francisco, nilai rumah dan bangunan yang berada pada area pejalan kaki nilainya menjadi meningkat. "Streetscape enhancements add value to an area and are associated with higher rents and the attraction of new businesses. In addition there is good evidence to show that improving walking and cycling environments raises private property values by significant amounts" (strongtown.org).
Memang, di luar cita cita yang baik itu, terdapat beberapa hal yang kemudian menjadi keluhan masyarakat Jakarta.
Pertama, pembangunan dua sisi trotoar, baik sisi kanan dan kiri, dilakukan secara bersamaan. Ini membuat jalan mendadak sempit dan juga dipenuhi bahan bangunan sehingga trotoarpun sama sekali tidak berfungsi selama proses pembangunan.
Kedua, pejalan kaki mengalami kesulitan berjalan kaki di sepanjang jalan Cikini, karena banyaknya lubang yang terjadi dalam pembangunan trotoar, pejalan kuatir akan terperosok. Juga area pembangunan ditutup seng seng. Tentu tak mungkin kita berjalan, meski kita mencoba. Baik bagian kanan dan kiri jalan saat ini berantakan. Artinya, selama pembangunan yang 7 bulan ini, jalan Cikini memang tidak dapat dilalui.
Ketiga, dan ini yang saya paling kesal adalah rusaknya seni trotoar yang saya suka dan ada di depan Bakoel Koffie dan Kafe Dua Nyonya. Itu adalah dua kafe yang saya dan kawan kawan kerja sering janjian bertemu, karena alasan romantisme. Cikini sebagai kota tua dan minuman kopi serta menu wedang dan kue jadul yang enak. Juga, harga makanan dan minuman cukup ramah dengan kantong pekerja.
Seni Trotoar yang Keren Kini RusakÂ