Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Pengemudi Keren dan Isu Ketenagakerjaan Milenial

24 Juli 2019   22:05 Diperbarui: 25 Juli 2019   13:54 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sangat penasaran apakah pemerintah telah membuat studi memadai tentang tantangan milenial di dunia kerja dan apa yang mereka butuhkan.

Setidaknya, studi global tentang milenial 2018 Deloitte Millennial Survey -Millennials disappointed in business, unprepared for Industry 4.0 menunjukkan betapa generasi milenial kecewa dengan industri yang ada di sekitarnya. Survai itu melibatkan sekitar 10.500 nara sumber milenial dan lebih dari 1.800 orang dari generasi Z. Sementara itu, terdapat 306 responden dari Indonesia.

Studi itu juga menemukan beberapa hal lain yang penting untuk jadi pertimbangan dalam mengembangkan layanan ketenagakerjaan, antara lain:

  • Kepercayaan milenial pada bisnis dan etika bisnis menurun, menjadi hanya 48% dibandingkan dengan studi serupa yang dilakukan pada tahun 2014 yaitu sebesar 65%. Juga, sektiar 47% responden, dibandingkan 62% pada 4 tahun yang lalu mengatakan bahwa pimpinan perusahaan adalah mereka yang membantu membuat perubahan di masyarakat.
  • Dua pertiga responden percaya bahwa bisnis di dunia lebih memikirkan bisnis mereka tinimbang melihat pada agenda sosial yang lebih luas dan melihat bahwa perusahaan memang hanya memikirkan cari duit saja.
  • Dunia bisnis dinilai tidak perduli dengan kebutuhan kelompok milenial. Naun demikian, dua pertiga responden tetap berpendapat bahwa persuahaan multi nasional adalah mereka yang emiliki potensi untuk memecahkan persoalan ekonomi di masyarakat, dan mempertimbangkan tantangan sosial ekonomi yang ada. Beberapa sektor yang mereka percaya dapat dibantu oleh perusahaan adalah di area pendidikan, peningkatan ketrampilan dan pelatihan, kestabilan ekonomi dan keamanan 'cyber', serta perubahan iklim
  • Milenial harapkan ada di dunia bisnis, antara lain yang a) Menciptakan dampak sosial dan lingkungan yang positif; b) Mendorong ide, produk dan layanan inovatif; c) Menciptakan lapangan kerja, mengembangkan karir dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat; dan d) Membangun lingkungan kerja yang inklusif dan berbagai.

Adalah menarik ketika terdapat pertanyaan soal faktor keberbagaian yang penting untuk dipertimbangkan dalam dunia bisnis. Responden dari Indonesia menjawab bahwa aspek pendidikan akan menjelaskan perbedaan yang ada di generasinya di dunia bisnis. Ini juga diangkat oleh generasi milenial dari negara 'emerging' lainnya, seperti Filipina, Cina, Turki, dan Korea Selatan.

Apa yang kita diskusikan belum melihat aspek yang ada pada sektor sektor tradisional yang sangat penting, baik di sektor pertanian, yang notabene sektor produksi maupun di sektor jasa.

Saya menjadi ingat kembali perjuangan Mas Danu. Untuk usianya yang 27 tahun, ia telah malang melintang bekerja selama lebih dari 6 tahun. Dan, untuk membangun bisnisnya, ia harus berani melakukan pekerjaan menantang jauh dari keluarganya, agar ia bisa membayar hutang dan mendapatkan modal bisnisnya. Ini penuh tantangan. 

Jadi, pertanyaan saya menjadi berulang tentang siapa calon menteri tenaga kerja yang tepat untuk Kabinet mendatang? Semoga Pak Jokowi mempertimbangkan seseorang yang paham sektor ketenagakerjaan. Seseorang yang paham isu yang dihadapi mas Danu dan juga jutaan milenial lainnya.

Yang paham bahwa begitu banyak milenial perempuan yang terpaksa tinggal di rumah karena perkantoran tidak menyediakan tempat yang ramah bagi mereka untuk tetap bekerja secara formal dan meningkatkan produktivitasnya. Yang paham isu potensi penggantian tenaga kerja oleh teknologi. Yang paham risiko sulitnya mengatur melalui kebijakan atas berkembangnya bentuk pekerjaan masa datang yang muncul dengan perkembangan teknologi digital dan "platform". 

Soalnya, saya bahkan tidak pernah ingat siapa Menteri Tenagakerja Kerja yang sekarang dan bagaimana kinerjanya. Mohon maaf, pak Jokowi. 

Sayang sekali saya harus berhenti dari menuliskannya, dan kembali pada kerja menyelesaikan laporan. Aduh... maaf ya kawan-kawan. 

Pustaka : 1) Future Work; 2) 2018 Millenial Survey Report; 3) Profil Milenial Indonesia 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun