Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Pengemudi Keren dan Isu Ketenagakerjaan Milenial

24 Juli 2019   22:05 Diperbarui: 25 Juli 2019   13:54 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas Danu bercerita bahwa ia tahu jalan jalan di Jakarta dan pandai mengendarai mobil. Paling tidak ini alasan mudahnya. Iapun menceritakan bahwa ia tak harus bekerja setiap hari untuk menjadi pengemudi taksi Blue Bird. Pasalnya, ia saat ini sedang menunggu visa Amerikanya yang membutuhkan 100 hari kerja dalam pengurusannya.

Ia sudah diterima bekerja di Royal Caribbean Ships, kapal pesiar yang melayani jalur 'cruising' wilayah Eropa. Ia menceritakan bahwa ia mempunyai kontrak selama 7 bulan di laut, dengan gaji Rp 18.020.000,- per bulan. Ia berharap bisa mendapatkan kontrak selama 5 tahun. Tentu saya penasaran dengan penjelasannya.

Ketika saya tanya apakah keluarganya tidak keberatan ia bekerja di laut, mas Danu bercerita bahwa ia sudah memiliki istri seorang guru yang mengajar murid SMA untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Istrinya lulusan S1 dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk Fakultas Pendidikan. Jadi, gelar istrinya Sarjana Pendidikan atau SPd.

Nah, saya tidak menyerah dengan ceritanya. Saya akhirnya tahu bahwa mas Danu bertekad untuk menabung uang dari pekerjaan sebagai asisten pramu saji di kapal karena ia ingin menabung dan menggunakan dananya untuk usaha di kampung di Kebumen. Selain itu, ia harus bayar angsuran. 

Mas Danu pernah memiliki usaha jual beli mobil dan motor. Untuk itu ia meminjam dana sebesar Rp 100 juta dari Bank BRI dengan agunan tanah pekarangannya. Ia mendapatkan untung lumayan dari jual beli mobil bekas itu. Pada umumnya, ia berfokus pada mobil mobil Jepang sekelas Suzuki Jimny, Suzuki Carry, dan mobil Toyota.

Keuntungan permobil bisa mencapai Rp 5 sampai 10 juta rupiah, katanya. Iapun menikmati usahanya. Namun, suatu saat ia tertipu. Mobil yang ia bayar rupanya bermasalah, sehingga ia rugi puluhan juta. Iapun bertekad membayar sisa hutangnya yang masih sekitar Rp 75 juta, dan kemudian menabung kembali dana untuk membuka usaha jual beli mobil dan motor di Kebumen.

Saya bisa membayangkan langkahnya. Memang, untuk ijazah D3 nya, ia paling paling akan dapat gaji sekitar UMR di tempat kerja formal sekelas hotel dan kantor di Jakarta. Namun, ia bisa mendapatkan gaji cukup tinggi dengan bekerja di kapal pesiar.

Saya tanya apakah ia tidak kuatir dengan isu isu yang biasa muncul di kalangan pekerja di kapal pesiar. Ini soal narkoba dan pelecehan seksual. Juga saya tanya soal apakah ia bisa tetap setiap pada istrinya. Mas Danu menjawab ringan "Ah tergantung kita bu. Nama saya kan Danu Prasetyo. Saya setia bu", katanya sambil tertawa.

Laki-laki berusia 27 tahun kelahiran 27 Desember 1992 inipun sopan mengucapkan terima kasih dan membagi doa untuk kesehatan keluarga saya di akhir pembicaraan, ketika saya sudah sampai tujuan di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Tak lupa saya meminta ijin menuliskan kisahnya dan mengambil fotonya. Ia setuju. Terima kasih, mas Danu. 

Milenial, Dinamika Kependudukan Indonesia, dan Ketenagakerjaan
Danu Prasetyo hanyalah satu dari lebih dari sekitar 90 juta kelompok milenial di Indonesia yang saat ini berjuang di lapangan kerja. Persoalannyapun hanya satu dari kisah puluhan juta kisah milenial lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun