Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Indonesia Kesulitan Hapus Kemiskinan dan Capai SDGs?

17 Juli 2019   14:14 Diperbarui: 19 Juli 2019   06:47 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

What Next? PR Jokowi Ma'ruf dan Susunan Kabinet. 

Tadi saya menyebut kata struktural dan rekonstruksi berkali kali. Memang, perubahan ini menuntut rekonstruksi struktur ekonomi dan sosial kita. 

  1. Indonesia harus mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (yang berkemajuan dan berdaya), dengan meningkatkan dan mempertahankan inovasi teknologi, 'upgrading' industri, diversikasi ekonomi, untuk terus mendorong inklusivitas semua warganya.

  2. Ini tentu menuntut kredibilitas anggota kabinet dan adanya koordinasi tiap lini kementrian di kabinet Jokowi. Nah, ini harus jadi pertimbangan Jokowi dalam memilih menteri menteri kabinetnya. Jokowi harus lebih memperhatikan susunan menteri yang memegang sektor riil. Sektor ini adalah PR besar yang nyaris kurang terjamah. Juga, perlu cek kredibilitas masing masing portfolio calon menteri dari sisi inovasinya dan akuntabilitasnya.

    Kalau mereka adalah orang yang tidak terbukti membuat perubahan melalui keberbagaian pendekatan dan tidak anti korupsi, itu signal tak baik. Selanjutnya, Jokowi harus cari orang 'gila' yang mau membangun negeri yang kompleks ini. Maafkan saya katakan ini, pak Jokowi.

  3. Peran negara adalah fasilitator yang efektif. Ini super urgen. Perusahaan perusahaan dan UKM tidak bisa otomatis kompetitif. Artinya, mereka perlu difasilitasi kebijakan kebijakan pemerintah yang ramah pada sektor sektor ekonomi, khususnya aktor ekonomi kecil dan kerakyatan. Selain kebijakan, pemerintah perlu memberikan dukungan pendanaan agar industri dan UKM dapat beroperasi secara berkelanjutan. Artinya, korupsi dan 'rent seeking' serta kuasa politik tidak boleh lagi menguasai pasar. Bisakah? Ini memang PR serius. 

Saya tak perlu lagi membuat simpulan tambahan. Yang teringat adalah lirik lagu Kebyar Kebyar karya Gombloh. Kita ini bangsa Indonesia. Mari kita bangun Indonesia. Tapi kok saya basah mata? Dasar ekonom picisan! Dasar cengeng! 

Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu
Kebyar-kebyar, Pelangi Jingga

Biarpun Bumi Bergoncang
Kau Tetap Indonesiaku
Andaikan Matahari Terbit Dari Barat
Kaupun Tetap Indonesiaku
Tak Sebilah Pedang Yang Tajam
Dapat Palingkan Daku Darimu
Kusingsingkan Lengan
Rawe-rawe Rantas
Malang-malang Tuntas

Denganmu ...

Indonesia ...

Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Debar Jantungku, Getar Nadiku
Berbaur Dalam Angan-anganmu
Kebyar-kebyar, Pelangi Jingga

Indonesia ...
Merah Darahku, Putih Tulangku
Bersatu Dalam Semangatmu

Indonesia ...
Nada Laguku, Symphoni Perteguh
Selaras Dengan Symphonimu
Kebyar-kebyar, Pelangi Jingga

Pustaka: Satu; Dua, Tiga, Empat 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun