Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gaya Hidup Nomaden: Dari Masa Prasejarah, Zaman Modern, hingga Era Milenial

10 Juni 2019   08:50 Diperbarui: 11 Juni 2019   07:15 4048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusteasi generasi milenial belerja flexible dan bergaya hidup nomad (Flexjob.com)

Sementara itu, aset yang mereka anggap penting adalah pengetahuan dan pengalaman yang bertambah dengan melakukan banyak perjalanan.

Ilusteasi generasi milenial belerja flexible dan bergaya hidup nomad (Flexjob.com)
Ilusteasi generasi milenial belerja flexible dan bergaya hidup nomad (Flexjob.com)
Kalau sudah demikian, makinlah nampak bukti bukti bahwa nilai dan gaya hidup nomaden tidaklah hilang begitu saja. Ia bergeser dan bertransformasi dalam lini masa. Sejak masa manusia hidup di masa prasejarah, lalu meranmbah ke hutan hingga ke masa moderen dan pasca modern milenial.

Alasan alasan berbeda bisa saja mengemuka. Untuk gaya hidup nomaden yang lebih moderen, kita setidaknya menemukenali bebeapa alasan, antara lain: Pertama, adanya teknologi yang memfasilitasi peningkatan mobilitas manusia.

Kedua. Teknolgi memfasilitasi tuntutan pekerjaan yang berpindah dan meningkatnya status pekerjaan 'freelance'.

Ketiga, mobilitas yang membuat masyarakat berpindah kota dengan cepat. Sarapan di Semarang. Makan siang di Jakarta. Makan malam di Bandung.

Keempat, meningkatnya gaya hidup yang lebih praktis yang difasilitasi oleh makin bervariasnya rumah hunian seperti apartemen, 'kost kostan', hotel dan penginapan yang membuat masyarakat berpindah pada fasilitas satu ke fasilitas lainnya dengan mudah. 

Tulisan ini tidak hendak mengadvokasi kehidupan dengan gaya hidup nomaden, namun melihat betapa nomaden sebetulnya tidak berhenti pada satu diskursus dan masa. Ia dianut dalam nilai budaya dan bergerak dalam lini masa.

Tentu terdapat implikasi pada setiap pilihan hidup ini dan dalam konteksnya. Konteks ini akan bersinggungan dalam keputusan bagaimana masyarakat berumahtangga dan menjalankan kehidupan berkeluarga, bagaimana mendidik anak dan keluarga, dan bagaimana mendapatkan layanan kesehatan dan fasilitasi publik lain. 

Pustaka : 1) Nomaden Bertahan Sampai Kini; 2) Nomaden sebagai Gaya Hidup; 3) Nomaden in Badawi; 4) Nomaden dan Masa Depan; 5)Why Millenials and Normadic Lifestyle; 6) B Sellato and P.G. Sercombe, Beyond the Green Myth, Nordic Institute of Asian Studies, 2007

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun