Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Tips untuk Disabilitas yang Bepergian dengan Pesawat Terbang di Negeri Sendiri

18 Februari 2019   12:11 Diperbarui: 20 Februari 2019   12:42 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Menjadi orang dengan disabilitas fisik bukanlah keinginan atau pilihan tiap manusia. Namun pada suatu saat, kita bisa  memiliki ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan tertentu, sebagaimana orang normal pada umumnya. Ini bisa merupakan situasi permanen ataupun sementara.

Tentu terdapat bentuk disabilitas selain berkait disabilitas fisiologis, antara lain disabilitas psikologis dan kelainan struktur atau fungsi anatomi. Sementara difabel adalah akronim dari 'different ability' atau orang dengan kemampuan berbeda. Ini tentu konsep yang berbeda. 

Betapapun, orang yang memiliki disabilitas fisik tetap memerlukan mobilitas. Pilihan berkendaraan, atau melakukan perjalanan tentu juga diperlukan. Baik untuk bekerja maupun aktivitas lainnya.

Pada dua bulan ini saya harus pula merasakan menjadi orang dengan disabilitas. Mudah mudahan ini untuk sementara. Dokter menganjurkan saya untuk tidak melakukan pekerjaan lapang yang berat. Dokter juga anjurkan saya tidak melakukan kegiatan yang menuntut berdiri terlalu lama, naik turun tangga, atau kegiatan yang membawa beban berat.

Paling tidak, dokter bedah ortopedi saya menganjurkan saya untuk menggunakan tongkat selama tiga bulan ini. Ini tidak mudah karena saya bisa lakukan semua larangan dan anjuran itu setiap hari sejak saya keluar bangku kuliah sampai dengan akihr bulan Desember 2018 yang lalu. Dokter saya mengatakan dengan bergurau bahwa ini harusnya bagian dari resolusi 2019.

Pekerjaan harus jalan terus.  Saya susun strategi dan tak tik dalam melakukan perjalanan, khususnya perjalan dengan pesawat terbang. Strategi dan persiapan saya buat berdasar pengalaman saya secara pribadi dalam membantu orang tua melakukan perjalanan, dan juga berdasar pengamatan, serta juga dari artikel yang banyak beredar di media. 

Situasi dan kondisi melakukan perjalanan di Indonesia tentu berbeda dengan situasi melakukan perjalanan di negara yang telah memperhatikan keperluan keperluan bagi mereka yang dengan disabilitas. Ini bukan hanya untuk memastikan bahwa kita sampai ke tujuan dengan selamat, tetapi juga kita memiliki keyakinan diri bahwa perjalanan akan berjalan lancar dan menyenangkan. 

dreamsguide.edream.co
dreamsguide.edream.co
Ijinkan saya berbagi sedikit pengalaman pribadi pada kondisi dengan disabilitas dengan menggunakan penerbangan di dalam negeri. Siapa tahu berguna ya. 

Tips Satu, Kenali Aturan dan Perundangan

Kita memiliki Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Undang undang ini menegaskan secara detail bagaimana prosedur perlakuan khusus kepada penyandang disabilitas.

Pada Pasal 134 ayat 2 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa layanan dan fasilitas khusus penyandang cacat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti pengantaran dari ruang tunggu ke tempat check in, menyiapkan kursi roda, sampai menyediakan ruang pembaringan dan tempat duduk yang diupayakan dekat dengan toilet, sehingga memudahkan penumpang khusus menjangkau fasilitas itu.

Pemahaman kita tentang undang undang ini adalah modal perjuangan pertama kita agar kita mendapatkan dukungan yang perlu. Kita harus berjaga jaga, siapa tahu ada perusahaan yang berkilah dan menolak membantu. 

Tips Dua, Persiapkan Perjalanan dengan Baik dan dalam Waktu yang Cukup 

a. Beri waktu beberapa hari untuk mempersiapkannya. Jangan bepergian mendadak. Waktu yang cukup akan membantu anda mempersiapkan barang barang yang dibutuhkan, waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan pihak travel ataupun penerbangan tentang situasi dan kebutuhan anda, dan juga memastikan anda tidak repot. Bila memungkinkan, atur perjalanan pulang pergi sehingga anda dalam kondisi yang pasti dengan perjalanan anda.

b. Pastikan anda akan memasukkan barang anda dalam bagasi agar anda tidak repot. Memang ini akan menjadi tantangan bagi pejalan yang menggunakan penerbangan yang mengenakan biaya pada bagasi. Namun, demi kelancaran perjalan, pastikan anda tidak harus repot membawa tentengan.

c. Pastikan anda membawa 1 tas kecil berisi obat obatan, air minum di botol kecil, makanan kecil serta perlengkapan dasar lain. Ini untuk berjaga jaga bila ada keterlambatan penerbangan.

d. Pastikan bawa surat keterangan dokter, bila ada. Ini penting untuk dukungan bila ternyata pihak penerbangan meragukan kebutuhan kita.

Tips Tiga, Hubungi Perusahaan Penerbangan

Infokan situasi anda dan pesan kebutuhan untuk adanya kursi roda. Anda bisa pula informasikan kebutuhan kebutuhan pendukung kesehatan lain, selain kursi roda.

Cari informasi dari pihak penerbangan tentang situasi di bandara kepergian dan kedatangan. Apakah terdapat lift, eskalator, garbarata (belalai gajah) dari dan untuk ke pesawat. Apakah terdapat transportasi semacam bis dan kendaraan lain sebagai antara, ataukah semuanya harus dengan tangga dan berjalan kaki.

Ini perlu diketahui untuk memastikan bentuk bantuan yang diperlukan. Juga tanyakan kelengkapan bandara, sekiranya diperlukan untuk mengecek kesehatan secara darurat.

Selanjutnya, minta dan cek nomor kursi duduk dari tiket anda. Pastikan anda duduk di posisi yang mudah untuk akses keluar masuk. Pilihan terbaik adalah deretan terdepan. Bila tidak ada kursi terdepan, paling tidak yang akan membuat paling nyaman.

Bila anda sering ke toilet, pilih kursi di gang. Tetapi bila anda tahu tidak akan sering ke toilet, maka kursi di jendela, menurut saya paling nyaman. Hal ini karena anda tidak harus bolak balik berdiri karena penumpang di sebelah anda akan minta ruang berjalan untuk duduk.

Ini penting, karena penumpang dengan kursi roda akan diberi waktu masuk paling awal dan keluar paling akhir. Ini berlaku untuk kursi kelas ekonomi maupun bisnis. Namun demikian, beberapa perusahaan penerbangan seperti Garuda telah memiliki pengaturan bahwa penumpang yang menggunakan kursi roda akan selalu ditempatkan di gang. 

Bila anda harus transit, sampaikan kebutuhan anda. Usahakan gunakan seluruh perjalanan dengan perusahaan penerbangan yang sama, untuk memudahkan pengaturan. Namun bila terpaksa, komunikasikan atur semua titik penerbangan agar anda mendapat dukungan.

Tips Empat, Pahami Situasi Bandara

Pahami bahwa dari mobil menuju ke ruang tunggu dan meja "check in" anda harus mempersiapkan alat bantu sendiri. Apakah itu kursi roda, kruk ataupun tongkat. Bagi yang memiliki disabilitas cukup serius dan memerlukan tandu, itupun perlu disampaikan.

Di bandara yang baru dan cukup besar seperti Semarang dan Surabaya, kita relatif mudah mendapatkan dukungan dukungan itu. Mungkin akan terdapat tantangan di bandara kecil yang sistemnya belum berjalan.

Pahami bahwa biasanya kita tidak bisa melakukan "online check in" bila kita memerlukan dukungan kursi roda. 'Check in'' harus dilakukan di meja 'check in'. Memang untuk saat ini, Garuda adalah perusahaan terbaik nasional yang menyediakan dukungan bagi penumpang dengan disabilitas. Namun, tetap dilakukan 'check in' di meja 'check in'. Anda akan mendapatkan bantuan kursi roda dari meja check in sampai ke ruang tunggu. Seorang petugas akan menemani anda. Di hampir semua bandara yang baru disediakan ruang karantina untuk pengecekan kelayakan terbang. Ini biasa dilakukan ketika kita dalam kondisi dengan disabilitas. Alasan disabilitas kita akan ditanyakan. Pemeriksaan dilakukan pada tensi darah dan denyut nadi. Kita perlu membayar Rp 25.000 yang dilakukan melalui Mandiri ataupun BNI Banking/online pada tombol pendapatan negara non pajak. Kita bisa meminta atau melewatkan bukti tanda terima. Yang jelas, dana langsung ke kas negara. 

Saya masih belum berani melakukan perjalanan di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, mengingat fasilitas bandara tidak ramah bagi orang dengan disabilitas. Untuk bandara di Bandung, saya berani terbang dari Semarang dan mendarat di sana, tetapi memilih melalui bandara Jakarta untuk kembali ke Semarang. Bandara di Bandung hanya memiliki tangga dan ini menyulitkan penumpang untuk berpindah dari kendaraan dan masuk ke ruang tunggu bandara. Perhatikan pula bila anda harus transit. 

Tips Lima, Cek dan Pastikan Tempat Menginap dan Tujuan Anda

Apakah anda akan berada di hotel, penginapan ataupun di rumah saudara? Ini perlu anda ketahui, khususnya terkait keberadaan tangga ataupun lift. Untuk hotel yang bertingkat, usahakan pilih kamar di lantai dasar sehingga anda tidak perlu naik turun tangga. Atau, bila terpaksa tidak bisa di kamar di lantai dasar, pastikan ada lift.

Pengecekan juga perlu dilakukan kepada panitia pelaksana terkait ruang pertemuan (bila memang akan ada pertemuan).

Tips Enam, Transportasi Antar Jemput di Bandara

Adalah sangat membantu bila anda bisa memesan transportasi penjemputan sebelum anda melakukan perjalanan. Namun demikian, bila anda berada di kota besar yang terdapat 'shuttle bus' bandara dan terdapat taksi 'online', anda bisa bertahan. Ini khususnya bila anda telah ada kepastian dukungan kursi roda. Pihak penerbangan wajib membantu kita menunggu sampai kita sampai ke kendaraaan yang kita siapkan.

Tips Tujuh, Pastikan Kita Mempunyai Jadwal-jadwal Penting

Seluruh jadwal terkait penerbangan, penjemputan dan acara di tempat tujuan perlu kita miliki. Ini untuk kenyamanan kita. Ke manapun tujuan perjalanan kita, pastikan kita punya waktu dan tidak tergesa gesa.

Tips Delapan, Perjalanan dengan Pendamping

Idealnya, perlu ada pendamping dalam perjalanan, karena biasanya difabel atau orang dengan disabilitas adalah sasaran empuk penjahat. Namun demikian, pada kondisi mendesak, kadang kadang kita harus melakukan perjalanan seorang diri. Ini saya alami sendiri. Untuk itu, siapkan agar anda agar tidak dalam kondisi lebih rentan untuk diperdaya penjahat.

Infokan kepergian kita kepada bagian informasi di Bandara. Simpan surat dan barang berharga di tempat yang ada dalam kuasa anda. Tas pinggang dengan posisi di depan adalah yang teraman. Pastikan tas tangan anda tidak berat dan mengganggu gerak anda.

Perjalanan pertama saya dengan pesawat terbang pada tahun 2019 dalam kondisi dengan disabilitas membawa pengalaman kongkrit tentang betapa orang dengan disabilitas memerlukan dukungan berbagai pihak. Perjalanan kedua saya sudah lebih lancar. Bahkan, tawaran untuk menggunakan kursi roda diberikan pihak bandara karena melihat saya memasuki ruang tunggu dengan menggunakan kruk dan melakukan perjalanan seorang diri. 

Untuk perusahaan penerbangan Garuda dan Citilink, saya hanya bisa berikan komen positif karena mereka benar benar memiliki standar pelayanan yang sama baiknya. 

Saya memang melakukan perjalanan seorang diri. Untuk satu perjalanan saja, saya perlu dibantu 8 orang yang berbeda, sejak dari rumah sampai tiba di rumah. Jumlah ini termasuk petugas bandara, petugas dari Garuda, dan keluarga yang mengantar jemput. Sungguh repot. Namun, makin kita paham rute dan situasi kondisi transportasi di tiap titik akan membuat makin nyaman dan mengurangi kerepotan. 

Memang perlu diakui, banyak pengelola gedung di Indonesia yang belum menyadari pentingnya keramahan fasilitas bagi orang dengan disabilitas. Beberapa stasiun kereta di kota Jakarta tidaklah ramah untuk  orang dengan disabilitas. Ini juga terjadi di stasiun stasiun hampir di seluruh Indonesia.

Misalnya, untuk masuk ke kereta hanya tersedia tangga kayu ala kadarnya yang sering kali tetap memerlukan lompatan tinggi dan sulit bagi perempuan normal sekalipun. Kadang kereta berhenti pada area tanpa tangga dan jalanan rata. Akhirnya, penumpang harus berjalan di dalam kereta mencari gerbong yang memiliki tangga. Ini melelahkan bagi orang denga disabilitas. 

Saya pernah bersama dengan beberapa difabel dan dengan disabilitas pada kakinya dan hendak memenuhi undangan rapat konsultasi tentang pembangunan inklusif yang diselenggarakan lembaga pemerintah. Kebetulan dua peristiwa yang saya ingat adalah pertemuan di Bappeda.

Yang pertama adalah di kantor Bappeda Provinsi Jawa Barat di Bandung yang memiliki jumlah tangga lebih dari 10 buah. Yang kedua adalah Kantor Bappeda di Kabupaten Bau Bau yang indah di atas bukit, tetapi lokasinya terpencil.

Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri beberapa orang ibu memiliki tantangan, bahkan untuk bisa sampai dan memasuki kantor kantor itu. Dan itu belum termasuk tantangan untuk berpartisipasi penuh selayaknya peserta pertemuan.

Karena kami hendak menghadiri pertemuan tentang pembangunan yang inklusif, tentu saja undangan akan melibatkan orang difabel atau dengan disabilitas. Namun panitia tidak memikirkan keperluan keperluan dan kondisi agar undangan tidak sulit sampai ke lokasi pertemuan.

Pengalaman saya melakukan perjalanan yang lalu menyadarkan saya begitu banyak bantuan dari dukungan petugas bandara, staf 'ground' di perusahaan penerbangan, dari pramugari dan juga penumpang lain.

Jangan lupa bantuan keluarga. Itu semua saya syukuri dan ucap limpah terima kasih kepadanya. Di sisi lain, bersiaplah menerima tanggapan dan pandangan ataupun sikap yang beragam dari orang yang kita temui.

Saya menerima pandangan 'melas' atau dikasihani dan saya rasa itu bukan tanggapan yang dikehendaki kelompok masyarakat dengan disabilitas yang lain. Sikap simpati dan empati dapat kami terima. Bahkan, sikap cuek tidak perduli juga saya anggap biasa saja. 

Pernah saya alami, seorang Bapak memotong antrian saya di meja kasir hotel dan mengatakan bahwa ia bergesa gesa harus ke bandara. Saya berikan kesempatan kepada si Bapak, walauapun saya juga akan ke bandara. Tapi saya tahu waktu bagi saya masih cukup. Saya persilakan Bapak tersebut mengambil antrian saya. 

Pada akhirnya, saya malah yang pergi ke bandara terlebih dahulu dan saya melihat Bapak tersebut masih menunggu taksi ketika saya melewatinya. Sayang sekali saya tidak bisa mengajaknya karena mobil kami penuh.  

Pedoman hidup saya adalah, lakukan apa yang kita bisa, mandiri dan jangan berharap dibantu orang lain, bahkan ketika memiiki disabilitas. Pada saat yang sama, janganlah malu meminta tolong, bila dibutuhkan. Terutama bila kondisi anda sulit untuk bisa melakukan hal seorang diri atau malah membahayakan situasi anda. 

Ketika saya menemui orang yang renta, saya tentu akan mengalah untuk memberikan  dukungan atau 'keistimewaan' yang diberikan oleh sistem yang ada dalam perjalanan. Tidak mungkin kita menggunakan dukungan dari sistem yang ada dengan semena mena. Orang dengan disabilitas juga tidak boleh 'abuse' fasilitas yang ada. 

Semoga sedikit tips kecil yang berangkat dari pengalaman pribadi ini bermanfaat. Salam sehat. Tetap semangat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun