Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Tips untuk Disabilitas yang Bepergian dengan Pesawat Terbang di Negeri Sendiri

18 Februari 2019   12:11 Diperbarui: 20 Februari 2019   12:42 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya, untuk masuk ke kereta hanya tersedia tangga kayu ala kadarnya yang sering kali tetap memerlukan lompatan tinggi dan sulit bagi perempuan normal sekalipun. Kadang kereta berhenti pada area tanpa tangga dan jalanan rata. Akhirnya, penumpang harus berjalan di dalam kereta mencari gerbong yang memiliki tangga. Ini melelahkan bagi orang denga disabilitas. 

Saya pernah bersama dengan beberapa difabel dan dengan disabilitas pada kakinya dan hendak memenuhi undangan rapat konsultasi tentang pembangunan inklusif yang diselenggarakan lembaga pemerintah. Kebetulan dua peristiwa yang saya ingat adalah pertemuan di Bappeda.

Yang pertama adalah di kantor Bappeda Provinsi Jawa Barat di Bandung yang memiliki jumlah tangga lebih dari 10 buah. Yang kedua adalah Kantor Bappeda di Kabupaten Bau Bau yang indah di atas bukit, tetapi lokasinya terpencil.

Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri beberapa orang ibu memiliki tantangan, bahkan untuk bisa sampai dan memasuki kantor kantor itu. Dan itu belum termasuk tantangan untuk berpartisipasi penuh selayaknya peserta pertemuan.

Karena kami hendak menghadiri pertemuan tentang pembangunan yang inklusif, tentu saja undangan akan melibatkan orang difabel atau dengan disabilitas. Namun panitia tidak memikirkan keperluan keperluan dan kondisi agar undangan tidak sulit sampai ke lokasi pertemuan.

Pengalaman saya melakukan perjalanan yang lalu menyadarkan saya begitu banyak bantuan dari dukungan petugas bandara, staf 'ground' di perusahaan penerbangan, dari pramugari dan juga penumpang lain.

Jangan lupa bantuan keluarga. Itu semua saya syukuri dan ucap limpah terima kasih kepadanya. Di sisi lain, bersiaplah menerima tanggapan dan pandangan ataupun sikap yang beragam dari orang yang kita temui.

Saya menerima pandangan 'melas' atau dikasihani dan saya rasa itu bukan tanggapan yang dikehendaki kelompok masyarakat dengan disabilitas yang lain. Sikap simpati dan empati dapat kami terima. Bahkan, sikap cuek tidak perduli juga saya anggap biasa saja. 

Pernah saya alami, seorang Bapak memotong antrian saya di meja kasir hotel dan mengatakan bahwa ia bergesa gesa harus ke bandara. Saya berikan kesempatan kepada si Bapak, walauapun saya juga akan ke bandara. Tapi saya tahu waktu bagi saya masih cukup. Saya persilakan Bapak tersebut mengambil antrian saya. 

Pada akhirnya, saya malah yang pergi ke bandara terlebih dahulu dan saya melihat Bapak tersebut masih menunggu taksi ketika saya melewatinya. Sayang sekali saya tidak bisa mengajaknya karena mobil kami penuh.  

Pedoman hidup saya adalah, lakukan apa yang kita bisa, mandiri dan jangan berharap dibantu orang lain, bahkan ketika memiiki disabilitas. Pada saat yang sama, janganlah malu meminta tolong, bila dibutuhkan. Terutama bila kondisi anda sulit untuk bisa melakukan hal seorang diri atau malah membahayakan situasi anda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun