Salah satu pimpinan eksekutif Cambridge Analytica, Alexander Nix berhentikan, setelah ia direkam secara diam diam oleh seorang reporter. Dalam rekaman itu, Nix mengumbar informasi tentang kampanye politik yang Cambridge Analytical lakukan melalui intimidasi dan perangkap perempuan.
Adanya gossip tentang data pribadi yang digunakan secara salah untuk merekayasa keperluan pihak yang pro-Brexit terkait referendum bagi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.
Adanya tuduhan tuduhan itu menyebabkan Cambridge Analytica mengumumkan kondisi bangkrut karena bisnis mereka menjadi anjlog. Sejak Mei 2018, Cambridge Analytica tidak beroperasi. Laporan dari Wall Street Journal mengatakan, perusahaan induk Camcridge Analytica, yaitu SCL Group yang berkantor di Inggris juga tutup.
Namun, terdapat paling tidak 18 perusahaan dan cabang dari Cambridge Analytica dan SCL, disinyalir bahwa misi perusahaan masih berjalan melalui pendiri, eksekutif dan konsultan yang kemudian bekerja di perusahaan dengan nama lain. Salah satu mantan eksekutif itu, Alexander Nix bekerja untuk Emerdata. Sementara yang lain juga tersebar ke Firecrest Technologies.Â
Apa yang ditulis kompasianer Susy Haryawan ini mungkin perlu dibaca lagi. Soal kebocoran data KTP bukanlah main main. Makin dekat dengan Hari H, rasanya kita semua perlu berhati hati. Apakah Cambridge Analytica sudah mati, mati suri, atau pura pura mati?
Pustaka
straitstimes.com |Â fastcompany.com | qz.com | qz.com/cambridge-analytica
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H