Soal menupun jadi pertimbangan. Starbucks yang memproduksi kopi sempat pula memproduksi minuman yang instagrammable. Unicorn Frappuchino, salah satunya. Siaran pers untuk produk baru inipun dikemas dalam cerita mistis tentang Unicorn yang bertanduk satu itu dalam cerita dongeng. Ide dari Frappuchino yang pernuh warna dengan berbagai hiasan bak cup cake ini menjadi cepat sekali beredar di Instagram pada 2017.Â
Perkembangan budaya yang dipicu media sosial membuat Instagram mampu mendorong pengusaha menjadi kreatif, memperbarui diri, dan terus bersolek. Ini terjadi di seluruh dunia. Indonesia salah satunya.
Misalnya, Museum Ice Cream di Manhattan yang dibuka pada tahun 2016. Museum ini menawarkan berbagai sejarah Ice Cream, ruang-ruang berwarna warni bagai gelatto, gua permen, dan kolam meisjes warna warni. Museum menjadi terkenal dan membuka cabang di Los Angeles, San Francisco dan Miami. Perubahan dan penyesuaian dilakukan agar pelanggan tetap hadir.Â
Meisjes yang ada di kolam museum ini tidak dapat dimakan. Bahannya bukan dari coklat seperti di istana Willy Wonka. Walau disebut sebagai museum, tempat ini lebih menyerupai dengan tempat bermain anak. Tema membuat tempat bermain ini seakan punya cerita. Interior dan permainan yang ada diciptakan untuk dapat difoto dengan indah, bila ditayang di Instagram. Instagrammable.
Dengan harga tiket sebesar US $ 38 per orang yang tentunya tergolong cukup tinggi untuk suatu tempat berfoto seoalh tak jadi masalah dan tempat seperti ini tetap dicari.Â
Di Yogyakarta, De Mata Trick Eye Museum menawarkan sensasi tiga dimensi bagi pengunjung untuk berpose dengan ragam latar belakang yang tampak nyata. Museum ini disebut terbesar di dunia karena menawarkan 120 gambar tiga dimensi. Mereka mengklaim bahwa dii luar negeri paling banyak hanya 70 gambar. Pengunjung akan hadir dan berfoto. Lalu berpindah ke latar gambar berikutnya. Dan pengunjung lain akan datang silih berganti. Untuk berfoto. Tentu, sebagian darinya akan ditayangkan di Instagram.Â
Di dunia wisata, kita dapatkan pengguna Instagram berkunjung tempat-tempat 'mainstream', seperti Taj Mahal di India, menara Eiiffel di Paris, dan Big Ben di London atau wisatawan solo yang mengunjungi tempat eksotis seperti ke pegunungan Himalaya, dengan didampingi porter dan fotografer. Keduanya bisa 'instagrammable', dengan meninggalkan kesan yang berbeda. Berbeda bagi pemiliki akun Instagram, berbeda bagi pembacanya, dan tentu berbeda bagi pengelola wisata.Â