Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indana dan "Ecoprint", Mencari Jejak Bumi

9 Januari 2019   22:17 Diperbarui: 10 Januari 2019   10:19 2788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sejarah Warna Cita

Sejak masa Raja Tutankhamen di jaman Mesir kuno sampai kini, manusia meramaikan busana mereka dengan warna. Baik warna yang diproses melalui pewarnaan alam maupun buatan. 

Warna warna itu diciptakan dari berbagai bahan. Dari tanaman, akar akaran, pohon, serangga, jamur, lumpur, maupun bahan logam, seperti emas, perak, dan perunggu. Warna ungu, musalnya dibuat dari kulit kerang ungu dari pantai Mediteranian. Karena langkanya bahan itu, menjadikan harga pewarna ungu ini mahal. Hanya keluarga kerajaan yang mampu membeli atau membuatnya. Warna ungu yang mahal ini disebut pula di salah satu injil, yaitu Lydia the Seller of Purple atau  Lydia si Penjual Warna Ungu.

Jadi, warna menjadi penengara siapa pemakainya. Laki laki atau perempuan. Kaya atau miskin. Atau apakah ia penganut ajaran agama tertentu.

Pada abad ke 18. ketika Ratu Victoria berkuasa di Inggris, warna hijau adalah warna yang sulit diperoleh. Warna hijau menjadi lambang rejeki dan kemakmuran. 

Pada 1814, suatu perusahaan di Schweinfurt Jerman bernama Wilhelm Dye and White Lead menciptakan warna hijau yang baru. Berkilau bagai permata. Hijau jamrut, namanya.  Warna ini nampak lebih bercahaya dari warna hijau yang pernah ada. Apalagi saat itu lampu gas baru saja diperkenalkan, menggantikan lampu lilin. 

Kala itu, perempuan bangsawan selalu ingin nampak paling bercahaya ketika memasuki ruang pesta. Ingin nampak paling indah. 

Namun, seorang bangsawan perempuan yang membeli sepasang sarung tangan dengan warna hijau itu menjadi histeris setelah memakainya. Tangannya putus dan penuh luka. Terbetiklah bahwa kaos tangan itu terbuat dari pewarna berbahan arsenik atau warangan, dalam bahasa Jawa. Bahan pewarna yang beracun mematikan. 

Jadi, alasan mengapa warna hijau itu begitu bercahaya adalah, karena ia berbahan pewarna arsenik!!. 

Itulah sejarah warna hijau. Sejarah warna hijau  yang mematikan. Gaun pertama dengan warna hijau dari bahan arsenik saat ini terpajang di Museum Sepatu Bata, di Toronto, Kanada. 

Hal ini yang menyebabkan seorang ahli kimia WH Perkin menciptakan pewarna buatan pada tahun 1853. Warna ungu, misalnya, ia ciptakan dari struktur molekul bensin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun