Dan, tentu saja, Ibu Parli juga adopter dari beberapa kucing kami. Bu Parli memang seorang yang menarik.Â
CV ibu Parli luar biasa. Ia pernah bekerja di bengkel mobil. Juga pernah menjadi petugas kebersihan suatu unit usaha pengelola ambulan.
Tentu tak lupa ia miliki cerita suka-dukanya. Semua pengalaman kerja itu adalah ketika ia tinggal di Jakarta. Dan sekarang, ia menjadi 'cat sitter' di rumah kami di desa. Intinya, apapun, ia kerjakan, dan dengan cinta.
Nama lahir ibu Pali adalah Bandiyah. Tapi di KTP namanya tertulis Badiah, yang sebetulnya adalah nama kembarannya.
Ia adalah satu dari dua bersaudara kembar, dan nama mereka tertukar di rapor sekolah dan di KTP. Alhasil, nama yang tertukar itu ada pula di nomor rekening bank mereka.
Tapi dalam keseharian, mereka menggunakan nama yang mereka dapat sejak lahir. Karena mereka adalah kembar satu telur, dengan wajah yang persis sama. Kerumitan itu makin terjadi.
Ibu Badiah sempat pula menjadi asisten kami, tapi itu tak lama. Ibu Badiah kembali ke Cilacap untuk menjaga ayahnya yang belum lama ini meninggal dunia.
Saat ini saya sedang merencanakan proses adopsi secara serius. Targetnya adalah, cukup punya 5 ekor saja. Hal ini tidak mudah. Ketika kita sayang pada binatang dan semua punya nama dan kisahnya, memberikan kucing untuk diadopsi sama rumitnya dengan menemukan menantu yang akan menyayangi sepenuhnya anak kita. Lebay ya..Â
Dari sejarah kucing yang tercatat di Smitsonian Institute, semua kucing rumahan adalah keturunan dari Felis sylvestris, kucing hutan dari Timur Tengah.
Kucing dikenal pada masa Mesir kuno, namun artefak menunjukkan bahwa ia sudah ada sejak jaman Neolitikum, sekitar 7.500 sebelum masehi. Dan selanjutnya, kucing mulai menjadi kawan manusia di dalam rumah sejak 12.000 tahun yang lalu.