Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Secangkir Sanger Gayo dan Max Havelaar

4 Januari 2019   10:51 Diperbarui: 4 Januari 2019   14:35 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Max Havelaar (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Di Belanda, Max Havelaar bukan hanya menjadi bacaan wajib di sekolah. Sebuah Museum Multatuli juga didirikan untuk menghormati nilai nilai Max Havellar. Lalu, seberapa, kita orang Indonesia mengenal Max Havelaar dan spirit yang diperjuangkan Multatuli?

Max Havelaar (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Max Havelaar (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Max Havelaar dan Perdagangan Adil

Dalam perkembangannya. Max Havellar sendiri menjadi latar sejarah hadirnya gerakan perdagangan adil di sekitar tahun 1980an, yang kemudian disebut sebagai Fairtrade di Belanda.

Gerakan ini kemudian menyebar ke Swiss dan negara negara di Eropa dan Amerika. Sebagai gerakan, terdapat 10 prinsip yang dihormati dan dipraktekkan.

Pertama, memberi kesempatan ekonomi kepada kelompok produsen yang selama ini tidak diuntungkan. Kedua, transparansi dan akuntabilitas. Ketiga, praktek dagang adil. Keempat, pembayaran harga adil. Kelima, memastikan tak ada pekerja anak. Keenam, Komitmen pada tak adanya diskriminasi dan penghargaan pada kesetaraan gender dan kebebasan berasosiasi. Ketujuh, kepastian pada kondisi kerja yang baik. Kedelapan, Peningkatan kapasitas. Kesembilan, promosi perdagangan adil. Kesepuluh, penghormatan pada lingkungan.

Lahirnya gerakan perdagangan adil atau Fairtrade oleh pengikut Max Havelaar kemudian disusul dengan dorongan membuat label dan sertifikasi produk perdagangan yang menjalankan prinsip Fairtrade. Saat ini, bukan hanya produk pertanian seperti kopi dan teh saja, tetapi juga kerajinan tangan. Bahkan paket wisata dengan label Fairtrade juga ada. Rasanya ini potensi bagi negeri ini. 

Memang, sebagai gerakan, sertifikasi dan praktek perdagangan, Fairtrade juga bukan tidak menuai kritik. Pada beberapa kondisi, tingkat kemahalan dari proses sertifikasi dan audit tahunan Fairtrade menyebabkan hanya sebagian kecil petani dapat menikmati keadilan perdagangan di dunia perdagangan yang kompetitif dengan konteks sistem Free Trade. Petani lain yang tidak berhasil mendapatkan sertifikasi Fairtrade tetap menjadi petani kecil yang miskin.

Max Havelaar lebih dari Fairtrade. Max Havelara lebih dari kemarahan pada kolonialisme. Max Havelaar mempengaruhi secara radikal pemikiran tentang relasi dan budaya perdagangan dunia dan kekuasaannya. Selain itu, tentu saja Max Havelaar adalah bagian penting dari sejarah kemerdekaan Indonesia dan sejarah kebijakan Belanda. 

Spirit perjuangan Max Havelaar seharusnya masih relevan untuk masa kini. Tentang proses partisipasi dalam relasi kuasa perdagangan. Tentang bentuk perekonomian dan perdagangan alternatif yang memastikan semua pemain mendapat keuntungan yang adil. Tentang tata perdagangan yang adil, beretika, dan bertanggungjawab. 

Kopi saya sudah dingin. Dan, rasanya saya harus mencari upaya untuk bisa kembali ke Takengon. Untuk mendapatkan kembali secangkir Sanger Gayo Takengon. Tapi secangkir tidaklah cukup untuk teman membaca ulang Max Havelaar. 

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun