Pagi ini, saya menyeruput secangkir kopi. Bukan kopi Sanger Gayo Takengon favorit saya. Tapi cukuplah, Kopi Arabica Gayo Organic produksi Koperasi Kopi Perempuan Kokowagayo. Ini adalah oleh oleh dari sahabat saya, dik Dati Fatimah. Simpanan untuk obat kangen, yang harus selalu ada.Â
Dataran Tinggi Gayo di Takengon selalu ngangeni. Saya sudah bolak balik ke Takengon sebanyak 5 kali. Untuk urusan pekerjaan. Atau untuk menghadiri perkawinan putra Ibu Rahmah, Ketua Koperasi Ketiara. Atau sekedar untuk urusan menikmati kopi Sanger ini.
Di luar Sanger, tentu ada Danau Laut Tawar yang indah. Udara sejuk. Ikan Depik Goreng. Ketan bakar. Tapi, beberapa cangkir Sanger lagi di hari yang sama, pada akhirnya tetaplah ikhlas kuterima.Â
Sempat bertanya apa arti Sanger.
"Asal cerita Sanger berasal dari kedai kopi Solong di Banda Aceh", begitu tuturan pemilik kedai kopi Kenary langganan saya di daerah Kabayakan, Takengon. "Karena mahasiswa di Banda (Aceh) sering "tongpes" alias kantong kempes dan tak mampu membeli kopi susu dalam gelas besar, maka 'Sanger' sajalah. Iya, Sanger itu Sama Sama ngerti", gelaknya.Â
Pahamlah saya, mengapa Sanger dihidangkan dalam cangkir kecil. Dan oleh karenanya, harga jadi miring. Bagaimana tidak? Untuk secangkir kopi Arabica yang nikmat luar biasa, kita cukup bayar Rp 10.000. Dan, di manapun di belahan dunia ini, tak akan kita dapatkan Sanger seenak dan seindah yang ada di Takengon.Â
Saat ini Takengon memang kesohor sebagai salah satu pemasok kopi Arabica Gayo terbaik di pasar international, khususnya Amerika dan Eropa. Karena tuntutan pasar, kopi Arabica Gayo yang diekspor ke kedua pasar tersebut adalah kopi Arabica Gayo bersertifikasi organik.
Kopi ini diekspor dalam bentuk biji kopi 'green been' yang dihasilkan dari pertanian organik. Sementara proses 'roasting' dilakukan di Negara tujuan. Tentu saja pelaku bisnis kopi di kedua benua tersebut sangat diuntungkan dengan melakukan 'roasting' dan menjualnya kepada konsumen.Â
Di samping kopi Arabika Gayo dengan sertifikasi organik, cukup banyak kopi Arabica Gayo yang dieksport ke Eropa dan Amerika dengan menggunakan sertifikasi Fairtrade. Tak kurang dari 28 unit usaha eksportir kopi Gayo yang menempuh sertifikasi Fairtrade.Â
Fairtrade memfasilitasi adanya perdagangan adil antara produsen atau petani, pedagang, bisnis dan konsumen. Perdagangan dengan keadilan di seluruh rantai nilai.