"Adakah semua akan kembali, Diii...???"
Lama dalam diam. Langit di sana seolah membisu untukku... melati kecil di sudut jendela kamar, menatapku heran...
Aku mengusap air mata dan berdiri. Berjalan gontai menuju almari kecil di sudut kamar, hendak menyimpan buku di tangan. Saat membuka lemari, ku lihat secarik kertas tergeletak di bawah tumpukan buku. Sejak kepergianmu, aku baru melihatnya di detik itu... aku memungutnya.
"Kita.. dua lilin yang menjadi kuat oleh sebatang nyala korek api.. lalu berdua, menerangi kegelapan di sekitar hanya dengan satu rasa: KASIH SAYANG.. Jika kelak, kau temukan satu lilin itu padam... teruslah bertahan untuk selalu terang. dalam Benderang.. Mungkin, hempasan angin akan datang dan meredam nyalamu, carilah sebatang korek. Kau masih ingat dimana kamu letakkan korek apimu itu kan?? dalam hatimu. yaa... do'amu kepada Tuhan adalah korek api itu... lalu menyalalah kembali... duniamu akan bercahaya oleh engkau sendiri. Berjanjilah untuk itu, sayang...."
aku menarik nafas dalam-dalam... dan menghembuskannya perlahan. Ku simpan secarik kertas itu ke dalam buku diary lalu meletakkannya di tengah-tengah buku lain dalam almari.
"Kita menanam benih-benih harapan.. tumbuh menjadi harapan-harapan kecil... lalu kita wujudkan dalam rumah kecil.. sederhana.. tentu saja..."
Laeli Fajriyah
di Kebumen (yang insyaAllah) semakin "Beriman", selesai ditulis 08.07, 14 November 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H