Mohon tunggu...
Laeli Fajriyah
Laeli Fajriyah Mohon Tunggu... -

jiwaku karang.. dan engkau adalah samudra...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan Kecil di Rumah Kecil

17 November 2011   14:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:32 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini Diary kita, sayang..." tulisan pertama yang kubaca di awal halaman. aku tersenyum.

lalu kubuka halaman berikutnya...

"5 Juli 2007...."

"Mengenalmu... menatap kedua bola matamu yang berpijar terang... meski seisi ruang kita penuh gelap... adalah ketenangan yang menghanyutkan... apa kau juga rasa??"

Sebuah titik kecil membasahi sudut halamannya. Aku baru sadar, titik itu mengalir dari mataku.

hanya ada tulisan itu. aku membuka halaman berikutnya dengan pelan. dengan menarik nafas dalam-dalam.

"Langit selalu menyediakan warna yang berbeda.. dalam pagi kita melihat kuning keemasan.. menyelami malam, kau tak akan menemukan apa-apa selain hitam kepekatan, juga bintang2 yang berkilauan. tetapi kita tak pernah bosan.. duduk berdampingan di atas dipan.. menatap langit dengan rasa yang selalu sama.. menakjubkan kan?? "

"iya..." bisikku dalam batin... aku memejam, menahan air mata yang berjatuhan.

aku terus membuka halaman demi halaman dari buku yang kini kugenggam dalam getar. Hingga kutemukan sebuah catatan kecil,

"Tidak akan kujumpai, taburan bunga atau wewanginya sekedar mengingatkanku akan engkau. dalam peristirahatanku, aku terus merindukan sajak-sajak kecilmu yang anggun... juga wajah dan hatimu yang kian terang. tidak akan ada lagi sejuk nan rimbun mata air yang yang kau sandingkan lewat syair-syair pagi, tempat kita saling bertukar pandang. Pusaraku pasti akan mengering... dan aku sendirian, sayang.. hanya guguran kamboja diterpa angin senja.. namun, kau.. tak juga datang. "

Aku memekik dalam jerit kecil. Buku itu basah oleh air mata. Aku menutupnya... dan membenamkannya dalam dada. Ku peluk erat-erat. Sangat erat. sambil menahan kesakitan hati yang kian tersayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun