Mohon tunggu...
Euis Agustina
Euis Agustina Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Informatika '08 Univ JenSoed Purwokerto\r\nheehee :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki yang Menulis Surat

19 Januari 2011   16:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pak Agus, Kepala Redaksi di perusahaan pe-nerbitan itu, menjawab.

"Laporan yang akan kita turunkan minggu depan, Pak. Ternyata masih menimbulkan polemik di jajaran redaksi."
Pak Arief, Redaktur Pelaksana, segera menyerahkan berkasnya.

Lelaki itu membaca naskah setebal 12 halaman tersebut dengan cepat. Ia segera mafhum apa yang menjadi "monster".
"It's a big monster," desisnya.

Lalu, "Bagaimana kalau kita ganti saja dengan tema lain?"

"Tidak mungkin, Pak." Mereka menjawab hampir bersamaan.

Pak Arief segera menyambung, "Semua media menurunkan masalah ini, dengan perspektif ke-pentingan mereka masing-masing. Apa Bapak ingin kita ketinggalan?"

"So, what's our interest?"

Mereka menjawab lagi-lagi hampir bersamaan, tapi setengah bergurau.

"Mencerdaskan bangsa berdasarkan Pancasila."

Semua terbahak. Paras lelaki itu sampai memerah. Di matanya air menggenang. Ia suka sekali gurauan itu rupanya.
Buru-buru ia mengusap mata dan wajahnya dengan sapu tangan. Setelah emosinya mereda, ia baru bicara.

"Dengan mengungkap fakta sejelas-jelasnya, kita akan dengan mudah dituduh tidak mempertimbang-kan kepentingan pihak pemilik modal perusahaan ini. Semua fakta jelas-jelas menyudutkan dia. Tapi jika kita menutupinya, pembaca akan meninggalkan kita. Dan di era euforia reformasi ini, kita akan jadi bahan tertawaan 'rekan-rekan sesama wartawan'. Jadi, kita pilih jalan tengah saja. Fakta tetap harus diungkap sedetil-detilnya, tapi kita sertakan juga konteks sosial-politik yang melatarbela-kanginya, sehingga tampak seolah-olah bos kita itu melakukannya karena memang 'mau tak mau'. Sistem yang mendorong dia melakukan itu yang kita persalahkan. See, Men?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun