Mohon tunggu...
Levina Litaay
Levina Litaay Mohon Tunggu... Insinyur - Simple, smart, sportive

Community base development, complex problem solving, event organizer

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Masyarakat TNS Menghidupi "Jalur Rempah", Sebuah Kemuliaan Masa Lalu Maluku

25 November 2024   09:38 Diperbarui: 25 November 2024   16:31 2789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cengkih Zanzibar milik Kel.T. Lekransy di Dusun Talele Bumei Pulau Nila Kabupaten Maluku Tengah – Panen Raya 2024 (dokumentasi Frits Lekransy)

Masyarakat TNS Menghidupi "Jalur Rempah", Sebuah Kemuliaan Masa Lalu Maluku

Ibu, tahong ini cengke banya!” ( tahun ini, cengkih banyak), demikian Ical Lakotany warga Pulau Nila bertutur lewat telepon kepada penulis tentang kegembiraan menyambut Panen Raya 2024.

Bagi Masyarakat Teon Nila Serua (TNS) setiap tahun menjadi sebuah “ritual” melaksanakan panen raya cengkih di Kepulauan Teon Nila Serua di Laut Banda Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.

Sebuah bukti sejarah kejayaan masa lalu Maluku yang masih dijalani hingga kini oleh warga masyarakat TNS yang memiliki kebun cengkih pada wilayah adat di Pulau Vulkanik Teon Nila Serua.

Kebun-kebun cengkih tersebut sudah ditanam leluhur TNS puluhan tahun dan merupakan warisan turun temurun pada masing-masing petuanan milik keluarga atau mata ruma.

Seperti yang disaksikan warga Rumdai Esau Sarioa yang mengelola 50 pohon peninggalan orangtua di Dusun Laru Kokroman Pulau Nila yang ditanam sejak tahun 1970.

Untuk itu jika hendak menemukan jalur rempah sesungguhnya marilah berwisata “Panen Raya Cengkih” di Kepulauan Teon Nila Serua di Laut Banda Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.

Peta Kabupaten Maluku Tengah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 2008-2028 ( Sumber : Pemkab. Maluku Tengah)
Peta Kabupaten Maluku Tengah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 2008-2028 ( Sumber : Pemkab. Maluku Tengah)

Panen Raya 2024

Dalam setahun masyarakat TNS akan melakukan aktivitas panen mulai bulan Juni hingga bulan November di Pulau Teon, Pulau Nila dan Pulau Serua.

Adapun sejak tahun 1978 pemerintah pusat mengevakuasi warga masyarakat ketiga Pulau Teon Nila Serua ke dataran Waipia Pulau Seram, akibat ancaman Gunung Api Lawarkawra di Pulau Nila.

Dari bulan Juni masyarakat TNS mulai berdatangan dari daratan Waipia Pulau Seram menuju ke Pulau TNS untuk melakukan kegiatan “pameri kabong cengke”.

Kegiatan “pameri kabong cengke” adalah membersihkan areal di bawah pohon pada kebun cengkih yang ditumbuhi semak belukar atau ilalang guna persiapan panen. Karena sudah berumur puluhan tahun maka kebanyakan pohon cengkih di Kepulauan TNS bisa mencapai tinggi ~20 meter.

Menurut penuturan purnawirawan TNI Pieter Workala bahwa kebun peninggalan orangtua di Dusun Writu Jerili Pulau Serua ada 60 pohon dan rata-rata mencapai ketinggian 15-20 meter sehingga susah untuk menggapai buah teratas untuk dipanen. “Ada yang seng kuat naik lai ibu! jadi cengkih jatuh kebawah pohon sudah jadi polong”, tutur Workala.

Jenis cengkih yang dipanen di Kepulauan TNS ada 2 jenis yaitu cengkih “Tuni” dan varian cengkih “Zanzibar”.

Adapun puncak kedatangan masyarakat TNS ke pulau terjadi pada interval bulan Juli hingga Oktober setiap tahun.

Jumlah orang yang mendatangi pulau begitu banyak sehingga Badan Latupati TNS dan Pemerintah Kecamatan TNS akan meminta tambahan kuota pengangkutan penumpang dari rute Pelabuhan Amahai ke Kepulauan TNS kepada otoritas perhubungan laut.

Untuk tahun 2024 berdasarkan Surat Badan Latupati TNS No.021/Latupati-TNS/VII/2024 tertanggal 1 Agustus 2024 Perihal Permohonan Deviasi (khusus) Pelayaran KM Sanus 72 ke Pulau Serua, Nila dan Teon Pulang- Pergi yang ditujukan ke Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI dengan beberapa tembusan termasuk kepada Badan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua (BPP IKB TNS) maka disampaikan data kebutuhan pengangkutan penumpang sejumlah 1.780 jiwa.

Total penumpang terbagi 2 bagian yaitu 1.302 jiwa yang hendak berangkat untuk aktivitas panen di Kepulauan TNS sedangkan 478 jiwa sudah berada di pulau. Untuk itu sarana pengangkutan kapal perintis ke pulau sangat dibutuhkan untuk berangkat/pergi maupun kembali/pulang membawa hasil panen.

Fatnila Sarioa melakukan“Pata cengke” di Dusun Laru Kokroman P.Nila – kebun peninggalan kakeknya yang ditanam sejak tahun 1970 (dokumentasi Esau Sari)
Fatnila Sarioa melakukan“Pata cengke” di Dusun Laru Kokroman P.Nila – kebun peninggalan kakeknya yang ditanam sejak tahun 1970 (dokumentasi Esau Sari)

Warga masyarakat TNS yang ke Pulau Vulkanik Teon, Nila Serua bukan saja memanen cengkih, tetapi juga mengambil hasil pala, pisang, mangga, kelapa dan juga hasil perikanan lainnya.

Disamping itu ada juga yang berlibur ke pulau mengingat laut memasuki masa tenang (tidak bergelombang) di musim timur khususnya di bulan Oktober. Bahkan untuk tahun ini sejumlah diaspora TNS dari luar negeri ikut berwisata mengunjungi pulau dalam panen raya 2024.

Masih ada juga aktivitas pembangunan yang sementara berlangsung di pulau seperti pembangunan gedung Gereja Protestan Maluku (GPM) Laharoy Jemaat Bumei-Sifluru di Pulau Nila.

Jalur Rempah

Jalur rempah sangat terkenal karena merupakan sebuah jalur perdagangan dan budaya dalam memasarkan hasil buminya pada masa lampau. Karena terjadi sepanjang Bumi Nusantara maka sering disebut juga Jalur Rempah Nusantara. Hasil rempah seperti cengkih, pala, lada, jinten, kayu manis, damar,cendana dan lain – lain adalah produk-produk eksotis hingga hari ini.

Maluku yang sangat kesohor dengan cengkih dan pala sejak dahulu dan diburu bangsa Arab, Tiongkok, Eropa dan lainnya menjadi legenda perkembangan peradaban dari barat ke timur dalam misi perdagangan rempah.

Pada kenyataannya bukan hanya misi dagang tetapi juga penyebaran agama dan imperalis kolonialisme menyertai upaya memburu rempah di Kepulauan Seribu Pulau dan wilayah Nusantara lainya.

Mengutip artikel di laman kemendikbud.go.id dengan judul Potensi “Aroma Maluku” Maju Ke Panggung Global tanggal 26 September 2021 tertulis :

Maka dalam rangka membangkitkan pertumbuhan ekonomi dan menjadi pasar dunia di tahun yang akan datang, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan peluncuran awal Gerakan Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dengan tema “Aroma Maluku”. 

Sejalan dengan tema yang diusung, Gernas BBI berupaya agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Maluku dapat mempromosikan narasi rempah dan kekayaan alam Maluku melalui digital marketing, sehingga potensi skala lokal dapat maju ke panggung global.

Gernas BBI memiliki tujuan utama sebagai pengembangan UMKM dalam meningkatkan ekonomi Bangsa Indonesia, khususnya pemulihan pasca pandemi.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim juga mengatakan, perlunya meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap inovasi yang dilahirkan oleh anak-anak bangsa sebagai upaya menguatkan kemandirian dan kedaulatan negeri.

“Mulai hari ini, kita akan memantapkan langkah kita untuk menggapai tujuan dan harapan tersebut dengan peluncuran Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Aroma Maluku,” ucapnya ketika memberi sambutan dalam kegiatan yang dilaksanakan secara hibrida, Jumat (24/9/21).

Warga Kampung Jerili di Pulau Serua menjemur hasil cengkeh di Topu Loru areal dekat pantai – Panen Raya 2023 ( dokumentasi Thed Pelmelay)
Warga Kampung Jerili di Pulau Serua menjemur hasil cengkeh di Topu Loru areal dekat pantai – Panen Raya 2023 ( dokumentasi Thed Pelmelay)

Keberlanjutan Pemerintahan Baru

Cengkih tetap hidup pada tanahnya, bagi masyarakat TNS yang dirahmati tanah wilayah adat yang gembur dari sumber gunung api, menambah kemuliaan yang tak pernah putus dalam keabadian Jalur Rempah di Maluku.

Akankah kemuliaan dan romantisme masa lalu menjadi kebangkitan masa depan bagi Masyarakat Maluku teristimewa Masyarakat Teon Nila Serua?

Sebagaimana pengalaman kelam masa lalu dalam perdagangan cengkih di Maluku yang dikenal dengan sebutan Pelayaran “Hongitochten”, dimana armada VOC Belanda merusakkan dan membakar kebun-kebun cengkih di wilayah –wilayah penghasil cengkih di Maluku.

Pelayaran Hongi atau Ekspedisi Hongi (Belanda: Hongitochten) adalah suatu bentuk pelayaran serta pengawasan yang dilakukan oleh pemerintahan zaman VOC Belanda yang bertujuan menjaga keberlangsungan monopoli rempah-rempah termasuk Hak Ekstirpasi, yaitu hak memusnahkan pohon Pala atau Cengkih, demi mengekalkan monopoli rempah-rempah di Kepulauan Maluku dan sekitarnya. Hal ini penting untuk dilakukan karena jika tidak, maka akan terjadi kelebihan produksi rempah, sehingga harganya pun turun dan akan mengurangi keuntungan perdagangan rempah Belanda.(Wikipedia)

Maka pembasmian kebun-kebun cengkih juga dialami masyarakat TNS sebagaimana dituturkan Patura Teon, Alexander Relmasira (82thn). Banyak pohon cengkih dirusakkan (dipotong, dibakar) dalam upaya mendominasi perdagangan cengkih dan penetapan harga cengkih di Maluku oleh penjajah.

Saatnya Jalur Rempah di Maluku yang masih dihidupi oleh masyarakat TNS menjadi salah satu Strategi Pengembangan Ekonomi Kecamatan Teon Nila Serua ke depan.

Akhir kata penulis berharap, beberapa hal yang menjadi masukan kepada semua pemangku kepentingan baik di tingkat pusat, daerah, kecamatan bahkan kepala pemerintahan desa/negeri dan masyarakat TNS adalah sebagai berikut :

1. Tata niaga cengkih agar dikelola optimal sehingga terukur volume dan besaran pendapatan negeri –negeri se-Kecamatan Teon Nila Serua. Tata niaga ini menjadi berdayaguna jika Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) menjadi motor penggerak ekonomi dalam membeli hasil warga masyarakat TNS untuk dibawa ke pasar nasional bahkan global, sehingga menjadi PAD desa/negeri. Jika perlu dibuat BUMDES bersama.

2. Sudah tersedia peminat yang akan membeli cengkih dan gagang cengkih dari luar Maluku, untuk itu perlu kebersamaan ( konsolidasi) dalam mengumpulkan hasil cengkih dalam jumlah yang besar dengan harga yang kompetitif.

3. Perlunya penanaman kembali pohon cengkih oleh tiap mata ruma di Kepulauan Teon Nila Serua, dimana saat ini sudah ada upaya pembibitan di Negeri Layeni Kecamatan TNS di Waipia Pulau Seram.

4. Perlu pencatatan produk/jasa dari tiap negeri/kampung terhadap kemanfaatan trayek pelayaran kapal perintis dari Kementerian Perhubungan RI. Berdasarkan UU APBN TA 2024, pelayaran ke Kepulauan TNS dilayari oleh KM. Sanus 71 dan KM. Sanus 72. Pencatatan ini dapat menjadi bahan evaluasi pengoperasian trayek dalam menopang perekonomian Masyarakat Adat TNS pada khususnya dan Maluku pada umumnya.

 5. Selain produk fermentasi perikanan Inasua TNS yang sudah diangkat dalam Program Bangga Buatan Indonesia Aroma Maluku, maka pasar menantikan bukan cuma cengkih, pala, mangga, pisang , kelapa tetapi juga produk-produk perikanan seperti ikan segar, ikan asin, ikan kering, gurita kering, bia garu, rumput laut dan lainnya dari UMKM TNS.

Tuhan memberkati Kepulauan Teon Nila Serua, wilayah adat yang berlimpah hasil dan kemuliaan Jalur Rempah Maluku yang masih eksis hingga hari ini. TNS Bisa.

#JalurRempah #SpiceIslands #VolcanoIsland #BBI #AromaMaluku #Konektivitas #Trading #MesaBergerak #NustrateluBangkit

Salam Terobosan

Levina Litaay

Ketum BPP IKB TNS

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun