Forgotten Island TNS, Siapakah Yang Menikmati?
Pernahkah pembaca mendengar istilah Forgotten Islands? jika diterjemahkan bebas artinya pulau-pulau yang terlupakan. Ironisnya di republik ini ada pulau-pulau yang terlupakan, yang dalam pemandangan umum tidak diberdayakan, diperhatikan serta dikembangkan bahkan tidak ada pemerataan pembangunan sama sekali. Kenyataannya pulau-pulau tersebut menjadi incaran wisatawan bertahun-tahun dan bahkan telah menyumbangkan devisa kepada Negara. Sementara pulau-pulau yang terlupakan ini tidak mendapatkan manfaatnya.
Kalau demikian pulau–pulau manakah yang disebut Forgotten Islands? Sebelum melanjutkan maka kita perlu pendefenisian frase ini karena ditemukan dalam promosi diving dan cruise sebagai sebuah branding wisata yang menggiurkan. Dalam laman cruisingindonesia.com maka dijelaskan FORGOTTEN ISLANDS Dive in remote, isolate, unexplored destinations, in one word: "Forgotten".
Menurut Gezeter Nasional tahun 2022 Badan Indonesia Geospasial yang tertuang dalam Maluku Dalam Angka , BPS 2023 maka Provinsi Maluku memiliki 1.388 pulau pada wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram, sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia dan Laut Arafura, sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Irian/Provinsi Papua dan Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Sulawesi.
Mengapa forgotten islands begitu terkenal karena sejumlah temuan yang didapatkan para penyelam (divers) seperti terumbu karang murni dan dinding dramatis yang ditutupi karang lunak, kipas laut, dan spons besar, hiu martil, barakuda, pari manta, ular laut, kumpulan ikan yang dipenuhi kehidupan laut. Pulau-pulau tropis ini memiliki air hangat biasanya sekitar 27-32°C / 80-90°F, dan jarak pandang yang sangat baik mencapai 30-50 meter / 98-164 kaki ( cruisingindonesia.com).
Perlu dicatat wilayah Provinsi Maluku terbentang secara astronomis antara 2° 30’ – 9° LS dan 124° – 136° BT. Provinsi Maluku memiliki 9 Kabupaten dan 2 Kota yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Buru, Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Maluku Barat Daya, Kota Ambon dan Kota Tual.
Forgotten Islands TNS ( Teon Nila Serua)
Teon Nila Serua merupakan gugusan Pulau Gunung Api “berpenghuni” dan berada di tengah Laut Banda Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.
Dalam laman cruisingindonesia.com ternyata Teon Nila Serua (TNS) juga menjadi rangkaian target destinasi para divers ( penyelam) dengan spot diving "menantang" dalam rute pariwisata Forgotten Islands - Ring of fire - Banda Sea yang sudah sangat mendunia.
Rute menyelam dengan Liveaboard
Liveaboard adalah jenis kapal cruise kecil dan sangat popular dipilih wisatawan pencinta diving. Pada tulisan ini penulis mengambil contoh pada laman cruisingindonesia.com digambarkan rute perjalanan liveaboard melalui bagian Selatan Provinsi Maluku, mulai berangkat dari Kalabahi Provinsi Nusa Tenggara Timur dan berakhir di Kota Saumlaki Kabupaten Kepulauan Tanimbar Provinsi Maluku. Wilayah yang disinggahi dan memiliki spot diving pada pulau-pulau terselatan Indonesia yaitu Alor – Wetar – Romang – Kisar – Leti – Moa – Lakor – Sermata – Babar dan berakhir di Kota Saumlaki.
Rute berikutnya yang dipublikasikan yaitu liveaboard yang berangkat dari Kota Saumlaki melalui sensasi spot diving rute mengarah Utara sebagai mana terlampir dibawah ini yaitu Kota Saumlaki – Babar – Nila – Dusborgh - Niel Desperandum – Serua – Manuk – Pulau banda – Nusalaut – Ambon.
Selanjutnya rute perjalanan kombinasi spot diving wilayah Utara dan Selatan dimana liveabord berangkat dari Maumere Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur dan berakhir di Kota Ambon Provinsi Maluku. Perjalanan liveaboard bermula dari Maumere - Alor dan Kepulauan Solor- Wetar – Kisar – Leti – Moa – Lakor - Sermata - Babar - Damar - Teon – Nila – Dusborgh - Niel Desperandum – Serua – Manuk – Pulau Banda – Pulau Gunung Api – Nusalaut – Ambon.
Cruise dan Liveaboard
Adapun untuk menjangkau wilayah forgotten islands ini maka sejumlah platform layaknya tiket.com, traveloka.com, nusatrip.com atau pegi-pegi.com menjajakan tiket penerbangan ke bandara terdekat. Beberapa bandara tempat awal kedatangan wisatawan seperti Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Denpasar atau Bandar Udara Internasional El Tari Kupang, Bandar Udara Internasional Lombok, Bandar Udara Domine Eduard Osok Sorong dan Bandar Udara Mathilda Batlayeri Saumlaki dan Bandar Udara Internasional Pattimura Ambon.
Selanjutnya wisatawan akan bergabung ke pelabuhan tempat liveaboard berlabuh dan selanjutnya berlayar menuju forgotten islands. Pilihan perjalanan wisata menyelam ini dapat diakses melalui beberapa website seperti www.liveaboardindonesia.com, www.cruisingindonesia.com, www.notroublesjustbubbles.com, www.explorerventures.com dan lain-lainnya.
Penulis mencoba berselancar untuk melihat apa dan bagaimana paket wisata selam dalam setiap laman tersebut; berapa harga trip, rute perjalanan spot diving yang akan didatangi, liveaboard yang akan digunakan, informasi kekayaan bawah laut setiap spot diving, tips bagi wisatawan divers untuk memasuki wilayah forgotten islands dan lain-lain. Semua dikemas sangat menarik dan kadang disertai photography/videography underwater pada platform tersebut dengan daya jangkau siar mendunia. Adapun sejumlah wisatawan telah mengunggah hasil pemotretan ataupun videography bawah air dengan kamera beresolusi tinggi dan tersaji pada akun You Tube seperti Dive hard, Liveboard Indonesia, Mermaid liveaboard,The SevenSeas Liveaboard, Eye of Nature. Pada akun You Tube juga kita dapat melihat karya videography underwater yang diikutkan dalam kompetisi global sekaligus mendapat penghargaan (awards). Sementara gambar itu sesungguhnya rangkaian forgotten islands termasuk Kepulauan TNS.
Adapun kedatangan ke wilayah spot diving TNS ini dijanjikan dalam publikasi tersebut hanya 2 kali dalam setahun yaitu interval bulan Oktober– November dan Maret – Mei. Kenapa demikian? Karena kondisi laut pada musim itu tenang, suhu air baik, visibility alam bawah air optimal dalam pengambilan gambar. Permukaan laut tenang/teduh bagi masyarakat TNS menyebutnya “laut baminya” artinya permukaan laut begitu tenang dan jika disinari sinar mentari, berkilau bagaikan larutan minyak di permukaannya.
Nah, mengapa harus menggunakan small cruise atau liveabord karena pulau-pulau terlupakan ( forgotten islands) adalah pulau dengan infrastruktur terbatas, tanpa penerangan PLN, sarana air bersih PAM begitu juga sarana kesehatan, akomodasi minim dan lain sebaginya. Dengan menggunakan liveaboard maka wisatawan dapat melakukan aktivitas semuanya di atas kapal tersebut termasuk ketersediaan sumber bahan makanan dan akomodasi. Disamping dengan liveaboard memiliki kelincahan berlayar antar pulau – pulau kecil maupun pulau atol dalam rangkaian forgotten islands di wilayah Selatan Maluku.
Sumber : You Tube Seven Seas
Liveaboard yang mengunjungi TNS 2023
Sejumlah liveabord telah mengunjungi Kepulauan Teon Nila Serua (TNS) bertahun – tahun bahkan dalam penuturan mantan Kepala Dusun (Kadus) Jerili Pulau Serua sebelum Pandemi Covid 19 – jumlah kapal turis mencapai sekitar 200 buah (2018-2019). Adapun nama liveabord yang mengunjungi TNS seperti Blue Manta, Raja Manta, Hatiku, Seven Seas, Damai I, Mermaid I, Mermaid II, Samanbaia, Ombak Putih, White Manta, Seahorse dan lainnya.
Di bawah ini penulis memberi contoh 3 buah liveaboard yang berlabuh di Perairan TNS setiap tahun. Pembaca dapat melihat fasilitas yang berada didalamnya baik itu kamar tidur, alat selam, peralatan photography/videography , ruang berjemur, ruang makan, sekoci. Mewah dan memanjakan, sudah pasti sesuai dengan uang yang dikeluarkan para wisatawan. Tidak tanggung –tanggung wisatawan harus merogoh kocek pada destinasi yang ditawarkan berkisar 3.000 – 5.000 Euro bahkan ada yang lebih. Biasanya liveaboard akan berlabuh selama 1-2 hari di Perairan TNS untuk melakukan penyelaman dan kadang mereka turun ke pulau.
SEVEN SEAS Liveaboard
Liveaboard ini sudah sangat sering ke Perairan TNS dan bahkan dalam tahun 2021 membawa tim dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara ke Pulau Serua dan membuat kesepakatan bersama komunitas nelayan di kampung/dusun Jerili guna melakukan pengawasan terumbu karang di Pulau Kekih selama 6 bulan di bawah pimpinan ekspedisi Mr.Peter Maus.
Pada laman liveaboard.com telah dipublikasikan 3 rute perjalanan Seven Seas yang melewati Perairan TNS ( Forgotten Islands) yaitu pada tanggal 23 Oktober 2023 rute Maumere- Saumlaki , tanggal 9 November 2023 Rute Saumlaki – Saumlaki dan tanggal 26 November 2023 Rute Saumlaki – Raja Ampat/Sorong.
SEAHORSE Liveaboard
Selain Seven seas maka Seahorse setiap tahun juga mengunjungi Perairan TNS seperti nampak dalam gambar di bawah ini. Pemotretan dilakukan warga ketika datang menghadiri Peresmian Gereja Sidang Tuhan (GST) Jemaat Jelestra di Jerili Pulau Serua dalam bulan Oktober 2022.
Bagaimana paket wisata diving yang ditawarkan oleh Seahorse dalam tahun ini? Sebagaimana dilansir di liveaboard.com yaitu berangkat pada tanggal 15 November 2023 dengan rute Raja Ampat – Ring of Fire – Forgotten Island ( Sorong – Saumlaki). Kemudian pada tanggal 1 Desember 2023 dengan rute Forgotten Island – Ring of Fire – Raja Ampat ( Saumlaki – Sorong).
MERMAID I Liveaboard
Mermaid I juga melakukan perjalananan wisata diving di Perairan TNS. Di laman liveaboard.com maka paket wisata diving yang dipublikasikan oleh Mermaid I dalam bulan Oktober – November 2023 yaitu pada tanggal 13 Oktober 2023 Biodiversity Special – Ring of Fire : Ambon – Banda Sea – Alor – Maumere ( Ambon-Maumere). Selanjutnya di tanggal 26 Oktober 2023 Biodiversity Superspecial : Maumere – Alor – Banda Sea – Raja Ampat ( Maumere - Sorong) dan di tanggal 12 November 2023 Biodiversity Special – Raja Ampat – Banda Sea – Ambon ( Sorong-Ambon).
Komparasi Forgotten Islands TNS
Sama-sama menjadi tujuan destinasi para divers (penyelam) namun jika dilihat maka sangat minim bahkan tidak ada infrastruktur yang mendukung penerimaan wisatawan di ketiga pulau eksotis Teon Nila Serua. Pelabuhan lokal dambaan warga yang sudah disurvei oleh Pemerintah Cq Perhubungan sejak tahun 2014 kemudian diulangi lagi dalam tahun 2022. Hingga kini belum ada progresnya setelah kegiatan Pra Feasibilty Study ( Pra FS) di bulan September 2022 oleh Konsultan Perencana dari Bandung. Belum lagi pemukiman warga dengan sanitasi yang minim serta listrik dan air bersih tak terjamah sehingga masyarakat berjuang untuk memenuhi kebutuhan dimaksud. Bahkan beberapa kali guncangan gempa dan juga angin topan sehingga mengakibatkan beberapa bangunan rumah rusak juga minim atensi.
“Dalam publikasi radarmaluku.com tanggal 5 April 2023 disebutkan Pulau Teon, Nila dan Serua selama ini ternyata telah diperjual belikan. Cilakanya. masyarakat penghuni tiga pulau ini sama sekali tidak menerima manfaatnya dari hasil transaksi itu. Camat TNS, Ronald Wonmaly mengungkapkan hal ini, Selasa (4/4/2023).Di hadapan anggota DPR-RI dan pihak Balai Diklat Industri (BDI) Makassar dan masyarakat TNS yang mengikuti diklat 3 in 1 di ruang pertemuan Kantor Camat TNS, Camat menyatakan, “penjualan” dimaksud, terkait dengan wisata alam Pulau Teon, Nila dan Serua. Menurut hemat Camat, imbas positif dari “perdagangan” Pulau TNS juga tidak dinikmati daerah dalam bentuk PAD”.
Terhadap penulis, penuturun Kepala Dusun ( Kadus) Jerili Pulau Serua sebelumnya Edo Ritiauw maupun Kadus saat ini Bob Pelmelay menyampaikan bahwa setiap kapal yang merapat di Perairan Serua akan diminta membayar Rp.50.000/penyelam. Uang yang diterima dikumpulkan di kas dusun/kampung dan digunakan untuk pembuatan bak penampungan air, pipa air, perbaikan rumah perahu yang kemarin diterjang angin topan, membeli lampu penerangan kampung , kabel dan lain sebagainya.
Hal yang menarik bahwa semua kapal turis (liveaboard) yang datang ke Kepulauan TNS sudah membawa personil guide bawah air. Sempat terlontar pertanyaan penulis kepada Kadus Jerili apakah ada warga TNS yang sudah terlatih menggunakan alat diving ternyata “tidak ada” jawabnya. Apakah ada anak Maluku sebagai guide bawah air? Dijawab oleh mantan Kadus Jerili, setahu saya selama saya bertugas baru 1 orang guide asal Maluku, lainnya berasal dari Jawa, Bali dan wilayah lainnya di Indonesia. Lagi-lagi ini tantangan sumber daya manusia Maluku termasuk masyarakat Adat TNS. Provinsi yang memiliki laut begitu luas namun manusianya belum memiliki kecakapan dalam menggunakan peralatan selam modern sekaligus sebagai tour guide di bawah air/laut plus dengan pengetahuan oceanographynya.
Harapan Pemerataan
Adalah harapan kedepan, agar pemerataan harus menjadi bagian pembangunan insfrastruktur di pulau, mengingat Forgotten Islands TNS juga menjadi rangkaian destinasi yang terpublikasi bersama, namun sesungguhnya “sangat terlupakan” dibandingkan yang lain. Contoh nyata saat ini telah di bangun Proyek Strategis Nasional (PSN) Labuhan Bajo - NTT sebagai destinasi pariwisata premium, penambahan maskapai rute direct Jakarta – Sorong (Raja Ampat), pelabuhan/dermaga di sejumlah pulau-pulau terselatan di Kabupaten Maluku Barat Daya yang disinggahi kapal "putih" PT.PELNI maupun kapal Sabuk Nusantara/Perintis. Sebenarnya pemerintah telah hadir untuk menjawab masalah konektivitas dalam mengangkat potensi pariwisata di bagian terselatan Indonesia. Tetapi bagaimanakah dengan Kepulauan Teon Nila Serua yang berada tepat di tengah laut terdalam di Indonesia? akankah tetap menjadi Forgotten Islands TNS? Pulau-pulau yang terlupakan?
Beberapa hal yang dianggap penting dan perlu dikerjakan yaitu segera dibangunnya pelabuhan, pelatihan masyarakat lokal sebagai pemandu wisata bawah air, pemukiman yang pantas dan bahkan pada beberapa hunian bisa dijadikan homestay. Ataupun sumber air panas di darat dapat dikembangkan menjadi Spa dan Sauna. Orang TNS menyebutnya “Aer Kak’na”. Jelajah mendaki puncak gunung api pada ketiga pulau TNS yang sudah tampak belerang juga sebuah opsi wisata studi bagi kaum peneliti. Belum lagi melihat hutan gunung api yang begitu subur flora dan fauna serta kegiatan lainnya. Adapun kegiatan memanen cengkih, pala, kelapa, mengusahakan hasil perikanan sudah penulis uraikan pada tulisan sebelumnya tentang berbagai aktivitas di ketiga Pulau Gunung Api Teon Nila Serua.
Kebutuhan pengetahuan tentang merawat Radio Komunikasi SBB/HF juga menjadi sebuah kebutuhan jika melihat di lapangan sering terjadi kerusakan pada radio komunikasi andalan, baik di ketiga Pulau TNS maupun yang berada di Waipia Pulau Seram. Perlu adanya pelatihan dari Dinas Kominfo Kabupaten Maluku Tengah atau Provinsi Maluku juga dari klub ORARI/RAPI sehingga operator radio SBB/HF TNS bisa memiliki pengetahuan dalam menggunakan alat komunikasi radio, merawat dan mendapat lisensi operator serta masuk dalam jaring terintegrasi ORARI/RAPI.
Mengedepankan kerja bersama, kolaborasi sinergi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah , Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan, para Kepala Pemerintahan Negeri/Pejabat Negeri Adat TNS serta masyarakat TNS serta Diaspora TNS adalah kunci kesuksesan mendongkrak ekonomi pulau yang terlupakan Teon Nila Serua (Forgotten Islands TNS). Hal ini juga sekaligus memperkuat capaian Indeks Desa Membangun (IDM) Negeri-Negeri Adat TNS dan SDG’s ( Sustainable Development Goals) Negeri-Negeri Adat TNS.
Akhir kata, semoga pertanyaan pada judul tulisan ini, Forgotten Island TNS, Siapakah yang menikmati? menjadi perenungan bersama dan memacu kita untuk membangun bersama sehingga Kepulaun Teon Nila Serua Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku menjadi Unforgotten Islands dan dapat dinikmati sebesar-besar kemanfaatammya bagi Masyarakat Adat TNS . Paling tidak, Desa Wisata berbasis Komunitas Masyarakat Adat TNS dapat dikelola sebagai potensi “Pariwisata Budaya Religius”, titipan Sang Uplera (Tuhan). Toma Maju! Kalweta !
#TNSBisa #MalukuBangkit #IndonesiaJaya #IKBTNS #IndonesiaKaya #VulcanoTourism #ForgottenIslands #BandaSea #RingOfFire
Salam Terobosan
Levina Litaay - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Besar Teon Nila Serua 2022-2027
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H