Bagaimana paket wisata diving yang ditawarkan oleh Seahorse dalam tahun ini? Sebagaimana dilansir di liveaboard.com yaitu berangkat pada tanggal 15 November 2023 dengan rute Raja Ampat – Ring of Fire – Forgotten Island ( Sorong – Saumlaki). Kemudian pada tanggal 1 Desember 2023 dengan rute Forgotten Island – Ring of Fire – Raja Ampat ( Saumlaki – Sorong).
MERMAID I Liveaboard
Mermaid I juga melakukan perjalananan wisata diving di Perairan TNS. Di laman liveaboard.com maka paket wisata diving yang dipublikasikan oleh Mermaid I dalam bulan Oktober – November 2023 yaitu pada tanggal 13 Oktober 2023 Biodiversity Special – Ring of Fire : Ambon – Banda Sea – Alor – Maumere ( Ambon-Maumere). Selanjutnya di tanggal 26 Oktober 2023 Biodiversity Superspecial : Maumere – Alor – Banda Sea – Raja Ampat ( Maumere - Sorong) dan di tanggal 12 November 2023 Biodiversity Special – Raja Ampat – Banda Sea – Ambon ( Sorong-Ambon).
Komparasi Forgotten Islands TNS
Sama-sama menjadi tujuan destinasi para divers (penyelam) namun jika dilihat maka sangat minim bahkan tidak ada infrastruktur yang mendukung penerimaan wisatawan di ketiga pulau eksotis Teon Nila Serua. Pelabuhan lokal dambaan warga yang sudah disurvei oleh Pemerintah Cq Perhubungan sejak tahun 2014 kemudian diulangi lagi dalam tahun 2022. Hingga kini belum ada progresnya setelah kegiatan Pra Feasibilty Study ( Pra FS) di bulan September 2022 oleh Konsultan Perencana dari Bandung. Belum lagi pemukiman warga dengan sanitasi yang minim serta listrik dan air bersih tak terjamah sehingga masyarakat berjuang untuk memenuhi kebutuhan dimaksud. Bahkan beberapa kali guncangan gempa dan juga angin topan sehingga mengakibatkan beberapa bangunan rumah rusak juga minim atensi.
“Dalam publikasi radarmaluku.com tanggal 5 April 2023 disebutkan Pulau Teon, Nila dan Serua selama ini ternyata telah diperjual belikan. Cilakanya. masyarakat penghuni tiga pulau ini sama sekali tidak menerima manfaatnya dari hasil transaksi itu. Camat TNS, Ronald Wonmaly mengungkapkan hal ini, Selasa (4/4/2023).Di hadapan anggota DPR-RI dan pihak Balai Diklat Industri (BDI) Makassar dan masyarakat TNS yang mengikuti diklat 3 in 1 di ruang pertemuan Kantor Camat TNS, Camat menyatakan, “penjualan” dimaksud, terkait dengan wisata alam Pulau Teon, Nila dan Serua. Menurut hemat Camat, imbas positif dari “perdagangan” Pulau TNS juga tidak dinikmati daerah dalam bentuk PAD”.
Terhadap penulis, penuturun Kepala Dusun ( Kadus) Jerili Pulau Serua sebelumnya Edo Ritiauw maupun Kadus saat ini Bob Pelmelay menyampaikan bahwa setiap kapal yang merapat di Perairan Serua akan diminta membayar Rp.50.000/penyelam. Uang yang diterima dikumpulkan di kas dusun/kampung dan digunakan untuk pembuatan bak penampungan air, pipa air, perbaikan rumah perahu yang kemarin diterjang angin topan, membeli lampu penerangan kampung , kabel dan lain sebagainya.
Hal yang menarik bahwa semua kapal turis (liveaboard) yang datang ke Kepulauan TNS sudah membawa personil guide bawah air. Sempat terlontar pertanyaan penulis kepada Kadus Jerili apakah ada warga TNS yang sudah terlatih menggunakan alat diving ternyata “tidak ada” jawabnya. Apakah ada anak Maluku sebagai guide bawah air? Dijawab oleh mantan Kadus Jerili, setahu saya selama saya bertugas baru 1 orang guide asal Maluku, lainnya berasal dari Jawa, Bali dan wilayah lainnya di Indonesia. Lagi-lagi ini tantangan sumber daya manusia Maluku termasuk masyarakat Adat TNS. Provinsi yang memiliki laut begitu luas namun manusianya belum memiliki kecakapan dalam menggunakan peralatan selam modern sekaligus sebagai tour guide di bawah air/laut plus dengan pengetahuan oceanographynya.
Harapan Pemerataan