Tiba di Ambon, 1 plamir Inasua di urus oleh satu porter pelabuhan asal TNS Zeth Leunufna untuk diberangkatkan dengan kapal Pelni menuju Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, penulis mengemas dan mengirimkan Inasua kepada setiap teman/sahabat/keluarga yang sudah bahu membahu mewujudkan impian warga gereja Rumdai Sektor Gilgal di Pulau Nila.
Melodi dari kesunyian, teruslah berdendang karena Tuhan tidak tidur.
Menutup kisah ini, penulis dedikasikan tulisan ini bagi tokoh-tokoh besar yang berasal dari Rumdai.
Pulau Nila khususnya telah melahirkan nama-nama besar dan memberi kontribusi pengabdian secara Nasional maupun Internasional seperti Pdt. Ds.Simon Marantika (Tokoh Pembentukan Dewan Gereja Indonesia 25 Mei 1950 dan menjabat Sekum DGI), Pdt.DR Christ Marantika, Th DD (Pendiri YII,UKRIM,STTII), Pdt.Dr.Elisabeth (Lies) C Marantika, STh (Komisioner Komnas Perempuan RI 1998-2006, Aktivitis HAM, Perdamaian dan Perempuan), Broery Marantika (Penyanyi Legendaris Indonesia), Prof.Dr.Juliaans E.R Marantika, MPd (Dosen dan Guru Besar UNPATTI), George Iwan Marantika, MBA (President Indonesia Australia Business Council – IABC periode 2020-2022 dan juga Ketua Komite Bilateral Kamar Dagang dan Industri Indonesia) dan sejumlah tokoh intelektual/musisi generasi terbaru dari Pulau Nila seperti Penyanyi Tony Marantika dan lain-lainnya.
Sekalipun senyap dan terlupakan, melodi itu ternyata telah berdentang bertahun – tahun dan menggetarkan melalui alunan suara nan merdu, dari kotbah-kotbah berkharisma dari kepemimpinan manusia asal Kepulauan TNS.
Orang TNS memiliki jati diri manusia mandiri dari tanah vulkanik yang berlimpah kekayaan alamnya baik di darat maupun di laut. Hidup dengan alam yang sangat menantang, pada pijakan tanah belerang, minim perhatian negara, tetapi kehadiran Tuhan nyata (Uplera Nortarita) dan terus bernafas dalam syukur yang tak terhingga sambil memuji Sang Khalik. Mencapai potensi terbaik dalam berbagai bidang sebuah wujud makna tanggung jawab kemandirian sebagai makhluk Tuhan, pribadi dan sosial
Biarlah kita tetap menaburkan kebaikan sekecil apapun dalam hidup kita. Karena siapa tahu dari warga pulau yang menerima berkat Tuhan dari tangan yang memberi tanpa dikenal akan lahir pemimpin-pemimpin besar bangsa sebagaimana pendahulunya.
Terima kasih kepada semua pihak sahabat, teman dan saudara yang telah terlibat dalam memeriahkan melodi dari tengah kesunyian “volcano island” Nila bagi warga Rumdai.
Kemuliaan hanya bagi Allah. Ebenhaezer. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H