Menurutnya ketika sedang membangun gereja, pernah disinggahi sebuah kapal turis dengan penumpang sekitar 500 orang. Mereka meminta ijin untuk dipandu ke puncak gunung dan membuat dokumentasi foto pulau vulkanik Teon.
Adapun sebelum meninggalkan pulau kepala rombongan memberi uang Rp 5.000.000,- (lima juta) untuk disumbangkan bagi pembangunan gereja. Ditanyakan oleh penulis, uang tersebut untuk apa, lagi-lagi menurut Kadus Mesa digunakan untuk pembangunan dan sebagian untuk membeli kursi.
Tulisan ini bertujuan merekam potensi ekonomi pulau vulkanik ini dalam upaya mendorong masyarakat dalam mengolahnya sekalipun jika dilihat masih sangat minim infrastruktur dasar seperti listrik, air, dan tidak adanya dermaga.
Hasil Perikanan
Hal menarik ditemukan bahwa dengan mudah kita menuju ke laut dengan sampan, perahu semang atau speedboat untuk memancing dan mendapat hasil tangkapan beragam.
Hasil laut seperti berbagai jenis ikan, udang lobster, kepiting, teripang, kerang dibuat panganan baik digoreng maupun dimasak “ikan kuah”. Pengolahan hasil laut yang dilakukan di pulau baru ditemukan ikan asin dan inasua (produk fermentasi).
Hasil Ladang
Karena tanah vulkanik yang begitu subur, maka pisang dan umbi-umbian mudah tumbuh dan sekaligus menjadi sumber karbohidrat bagi masyarakat di pulau. Olahannya dapat berupa pisang goreng, pisang rebus, pisang santan ataupun kripik pisang yang disebut “vitera’ kata mereka. Begitupun dengan umbi-umbian.
Dalam perjalanan pulang maka dari Pulau Nila, penulis diberikan buah mangga oleh Kadus Kokroman Ical Lakotany dan ikan bakar "bubara" (baracuda) yang disantap bersama di kapal.
TNS Kepulauan sangat tersohor dengan mangga dan jeruk manisnya, disamping cengkeh dan pala.