Alternatif: "Apa yang kamu alami pasti berat, tidak apa-apa kok kalau kamu merasa sedih."
- Toxic Positivity: "Semua terjadi karena ada alasannya, jadi jangan terlalu dipikirkan."
Alternatif: "Aku tahu ini sangat sulit, tidak apa-apa jika kamu belum menemukan jawabannya sekarang."
- Toxic Positivity: "Jangan berpikir negatif, pasti ada hal baik di balik semua ini."
Alternatif: "Perasaan yang kamu rasakan itu normal saja."
- Toxic Positivity: "Jangan sedih, banyak orang yang lebih menderita."
Alternatif: "Aku tidak bisa membayangkan betapa sulitnya ini untukmu, tapi aku ada di sini jika kamu ingin bercerita."
Dengan menggunakan kalimat yang lebih empatik dan mendukung, kita bisa membantu seseorang mengatasi perasaan mereka tanpa memaksakan mereka untuk segera merasa lebih baik. Pendekatan ini memberikan ruang bagi mereka untuk memproses emosi mereka dengan cara yang sehat.
Penutup
Toxic positivity mungkin muncul dari niat baik, tetapi sering kali membawa dampak negatif yang lebih besar daripada manfaatnya. Mengakui dan menghadapi emosi negatif adalah bagian penting dari perjalanan menuju pemulihan dan kesejahteraan mental.
Daripada memaksakan diri atau orang lain untuk "tetap positif" dalam segala situasi, mungkin lebih penting untuk memberikan ruang bagi semua emosi --- baik itu positif maupun negatif. Dengan begitu, kita bisa lebih mendukung diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H