2. Menghambat Proses Pemulihan Emosional
Dalam jangka panjang, toxic positivity bisa menghambat kemampuan seseorang untuk memproses perasaan negatif mereka. Alih-alih menghadapi dan mengatasi emosi tersebut, mereka mungkin menekannya atau mencoba mengabaikannya. Ini dapat mengakibatkan akumulasi stres dan perasaan tertekan yang tidak terselesaikan.
3. Membuat Seseorang Merasa Terisolasi
Banyak orang yang mengalami kesedihan atau kehilangan belum bisa "move on" karena trauma yang mendalam. Jika mereka terus didorong untuk selalu berpikir positif, mereka bisa merasa tidak didengar atau sendirian dalam penderitaan mereka, sehingga memperburuk kondisi emosional mereka.
4. Merusak Hubungan Sosial
Dalam hubungan interpersonal, toxic positivity dapat menciptakan jarak emosional. Ketika seseorang merasa bahwa orang-orang di sekitarnya tidak memahami atau mengakui perasaannya, hubungan bisa menjadi renggang. Mereka merasa tidak bisa berbagi perasaan yang sebenarnya, sehingga menciptakan ketegangan.
5. Meningkatkan Risiko Gangguan Kesehatan Mental
Penekanan emosi yang berkepanjangan akibat toxic positivity dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan kelelahan emosional. Tidak adanya ruang untuk memproses emosi negatif membuat seseorang lebih rentan terhadap masalah psikologis yang lebih serius.
Alternatif Kalimat Pengganti Toxic Positivity
Alih-alih menggunakan kalimat yang terkesan memaksakan untuk tetap positif, kita bisa memilih kata-kata yang lebih suportif dan empatik. Kalimat-kalimat ini dapat membantu seseorang merasa didengar dan dimengerti, tanpa mengabaikan perasaan sulit yang mereka alami.
Berikut adalah beberapa alternatif pengganti toxic positivity:
- Toxic Positivity: "Kamu harus tetap positif!"