Hampir merataÂ
Yang kaya
Yang miskin
Setelah tiga hari sesudah melahirkan aku sudah diperbolehkan  pulang  oleh dokter.  Pada saat pulang dari RS hujan belum berhenti tapi tidak terlalu deras. Banjir belum surut, di mana-mana genangan air. Kabarnya sih banjir kiriman dari Puncak Bogor. Maklum orang-orang berduit banyak membuat villa akhirnya resapan air berkurang.
"Gimana kita pulang Pa?" ujarku cemas.
"Naik motor saja ya, ada jalan agak kering, cuma nanti Mama naik getek ke rumah ya! Soalnya motor belum bisa lewat, motor ini juga ntar naik getek." Kata Suamiku.
"Ok Pa."
Perjalanan ke rumah hanya sekitar  15 menit naik motor. Karena geteknya hanya satu terpaksa motor dulu yang duluan sekalian suamiku beresin tempat tidur bayi katanya. Karena kelamaan aku tidak sabaran dan tidak ada rasa khawtir saat itu. Aku berjalan pelan-pelan sambil menggendong bayi, tidak terpikir olehku jika aku tergelincir. Pikiranku saat itu daripada bayar mahal-mahal dekat ini kok. Dan banyak juga yang jalan kaki.
Sampai di rumah aku dapat omelan dari keluarga dan suamiku.
"Hanya karena ongkos dua puluh ribu Ma kamu tidak mau bayar, coba jika kamu tadi tergelincir berenang deh, lainkali pikirin juga dong bayi kita jangan dirimu saja." Omel Suamiku dengan raut wajah cemas sambil memeluk kami ada rasa ngeri terbayang di wajahnya.
Aku juga baru menyadarinya, ih coba tadi aku tergelincir, bergidik tubuhku membayangkannya. Lainkali pikir dulu sebelum bertindak demi keselamatan, uang mah bisa dicari.