Setelah siuman aku di pindahkan ke ruang rawat inap.
"Ma, lama banget baru siuman hujan terus lho dari tadi, jalanan sudah mulai banjir. Kata suamiku dengan wajah sendu. Maafkan aku ya Ma! Anak kita sama kayak aku." Kata Suamiku hampir menangis.
Sebenarnya hati kecil ini tidak terima, tapi aku berpikir bahwa anak ini adalah buah hatiku dari kandunganku kenapa harus bersedih, sebelum lahirpun dia, aku sudah menerima bisikan itu tapi tidak terlalu kupikirkan memang.
" Papa saja kuterima apalagi buah hatiku, kenapa aku harus bersedih zaman sudah canggih nanti juga kan bisa dioperasi pasti bagus lagi kok. Cuma yang kupikirkan sekarang bagimana dia minum ASI ya, mulutnya tidak bisa menghisap. "ujarku dengan raut muka berpikir.
"Kata dokter  tadi di sendokin dulu Ma." Ujar Papa.
Peraturan rumah sakit beda-beda kalau sudah siuman tidak boleh ditungguin lagi, biar cepat pulih kata dokter. Kalau badan digerakin jahitan operasinya cepat pulih, jadi jangan dimanja-manjain.Â
Aku kebingungan perjanjian dari RS bayi harus dikasih ASI, tapi kondisinyakan lain dari anak normal lainnya.  Bayiku tidak bisa menghisap ASInya. Anakku sudah mulai menangis kehausan dan lapar.  Dan akhirnya tengah malam aku batalin perjanjian agar anakku diperbolehkan minum susu formula. Dokter menyuruhku agar menghubungi suamiku. Suamiku datang tengah malam  membawa susu formula untuk anakku.
"Ma, sekitar rumah sudah banjir lho, tambah naik dari kemarin hujan tidak berhenti sampai sekarang. Sudah banyak yang mengungsi ke tempat kita. Jalan mau ke rumah juga sudah banjir, motorku mogok sudah berapa kali. Mereka sudah buat barak di sekitar rumah kita. Air sudah masuk ke rumah mereka setinggi dada orang dewasa. Barang-barang mereka banyak yang sudah tidak bisa diselamatkan." kata Suamiku menjelaskan keadaan di luar RS.
"Kok lama ya Pak, emang deras ya hujannya? Di sini tidak kedengaran."ujarku.
"Lumayan deras Ma, tadi untung pinjam jas hujan kak Dale makanya bajuku tidak basah."sahut suamiku.
Banjir bandang terjadi