Tiba-tiba lampu mati, yang terdengar hanya alunan lagu sendu dari team suara.Â
"Sekarang, kalian balik kanan," perintah penyelenggara. Akupun melakukan perintahnya.Â
"Maju dua langkah," lanjutnya. Kami maju dua langkah.Â
"Baik, sekarang ikuti petunjuk saya dan ikuti," ucap panitia.Â
"Kalian maju sesuai hitungan saya," ucap panitia lantang. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan dan sepuluh, berhenti!" Kami semua menghentikan langkah. Aku merasa di depanku ada seseorang, apakah dia pasanganku? Kami masih diam.Â
"Siap-siap, lampu akan kami nyalakan dan buka penutup mata."
Lampu pun menyala, aku buka penutup mata tetapi topeng belum boleh dibukaa. Meski lampu dinyalakan, tetapi penerangan remang-remang.
Kuperhatikan pria bertopeng dihadapanku. Dia tinggi, tegap, menggunakan jas coklat dan celana bahan serta berdasi. Masya Allah keren sekali, duh, bikin penasaran, siapakah dia sang pangeranku. Dag-dig-dug jantungku berdetak lebih kencang. Belum bertemu orangnya, tetapi sudah bergetar. Pasti sangat tampan, bodinya mirip Aldebaran.
"Silakan kalian berdiri bersama pasangan masing-masing."
Kami laksanakan perintah panitia.Â
"Sebentar lagi puncak acara, bila lampu kami nyalakan lebih terang, silakan buka topeng kalian," printah Panitia lantang.Â