"silakan"
"tadi Anda bilang, bahwa pasar online tidak dikenakan pajak, sedangkan pasar offline berpajak?" tanyanya langsung. Entah mengapa, perkataan Rion dan yang lainnya jadi terngiang-ngiang di benakku.
'jangan menatap ...'
'mungkin kamu harus ditatap olehnya, baru jatuh cinta'
Aku jadi terdoktrin untuk tidak menatap matanya. Aku jadi tidak benar-benar memperhatikan pertanyaannya karena mataku jelalatan melihat ke sana sini, menghindar. Hey?! Kenapa aku begini?
"eh? Iya, benar begitu" jawabku sambil berusaha fokus memperhatikan si penanya. Aku mencoba menjadi lawan bicara yang baik dengan menatap kepada wajahnya—matanya.
"bukankah setiap produk yang dijual sudah dikenakan pajak sejak pertama dipasarkan? Apa Anda tidak tau? Atau lupa?" tanyanya tegas. Deg. Mengapa jantungku jadi berdebar?
Oh tidak, aku baru mengetahuinya sekarang. Memang benar ada sesuatu yang tidak biasa di matanya. Yang sesuatu itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Aku jadi terpaku menatapnya, yang sedang menatapku juga.
"ah? Hah?" tanyaku seperti orang bodoh. Jujur, saat ini aku masih terhipnotis tatapannya padaku.
"bukankah dalam pelajaran Ekonomi sudah dijelaskan tentang pajak?" Ifa bertanya lagi.
"hah?! Apa? Apa yang—?" aku tersadar. Aku kebingungan mengingat pertanyaannya.