"Proses pembelajaran di Sekolah Luar Biasa dapat berjalan lancar dan optimal dengan metode pengajaran yang sesuai."
Abstrak
Anak berkebutuhan khusus merupakan individu yang memiliki keterbatasan fisik, mental, emosional, intelektual dan sosial. Setiap anak berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu di bangku pendidikan.Â
Lembaga pendidikan yang sesuai untuk anak berkebutuhan khusus yaitu di Sekolah Luar Biasa. Agar proses pembelajaran di Sekolah Luar Biasa dapat berjalan lancar dan optimal, maka diperlukan metode pengajaran yang sesuai.Â
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pengajaran yang sesuai bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa.
Dari hasil penelitian diperoleh metode pengajaran bagi anak berkebutuhan khusus, yang secara umum meliputi komunikasi (communication), tugas analisis (task analysis), instruksi langsung (direct intruction), prompts, dan pembelajaran kooperatif (cooperative learning).Â
Metode pengajaran tersebut harus disesuaikan dengan keterbatasan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus. Pendidik di suatu Sekolah Luar Biasa harus memberikan perhatian serta dukungan yang lebih agar anak berkebutuhan khusus memiliki semangat untuk mencapai perkembangan yang optimal.
Kata Kunci : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), metode pengajaran, Sekolah Luar Biasa (SLB).
PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi hal yang penting demi kemajuan suatu bangsa. Dalam pembukaan UUD 1945, tercantum salah satu tujuannya yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Â
Setiap warga negara memperoleh hak yang sama dalam pendidikan, hal itu dijamin oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tak terkecuali, untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus atau biasa dikenal dengan ABK.
Anak berkebutuhan khusus berbeda dari anak normal pada umumnya. Mereka yang dikatakan dengan anak berkebutuhan khusus memiliki kelainan fisik, mental, emosional, intelektual dan sosial. Baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus, mereka memiliki problematika tersendiri dalam konteks pendidikan.Â
Bagi anak normal, untuk memperoleh pendidikan pelayanan dapat dilakukan di sekolah-sekolah umum. Sedangkan bagi anak berkebutuhan khusus, diperlukan adanya pendidikan pelayanan khusus melalui Pendidikan Luar Biasa yang dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).Â
Seiring dengan berkembangnya waktu, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus masih kurang diperhatikan. Hendaknya orang tua memperhatikan kebutuhan setiap anaknya di bidang pendidikan.Â
Pendidikan sangat penting sekali pun untuk anak berkebutuhan khusus. Secara tidak langsung pendidikan sebagai sarana dalam memberi manfaat tersendiri bagi anak berkebutuhan khusus.
Manfaat dari Pendidikan Luar Biasa salah satunya untuk mengetahui kemampuan anak berkebutuhan khusus agar dapat dikembangkan dengan tepat.Â
Pendidik perlu memiliki kesadaran mengenai kondisi dan karakteristik bagi anak berkebutuhan khusus serta penanganan tepat yang harus dilakukan di dalam dunia pendidikan.Â
Baca juga : Yuk, Belajar Menjalani Kehidupan Orang Dewasa dari Karakter Siswa Tiap Tingkatan di Sekolah!
Demi terwujudnya keoptimalan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, perlu adanya metode pengajaran yang tepat. Berdasarkan latar belakang di atas, dalam artikel ini penulis ingin mengkaji mengenai metode pengajaran anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa.
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan metode penelitian secara kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan studi pustaka. Studi pustaka merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan mengkaji atau menelaah berbagai sumber tertulis.Â
Penulis mengumpulkan data dengan cara menelaah berbagai sumber tertulis seperti e-book, jurnal, artikel, Undang-Undang, dan Peraturan Pemerintah yang berisi kajian tentang Metode Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Luar Biasa (SLB).
HASIL DAN ANALISIS
Anak berkebutuhan khusus atau yang lebih dikenal dengan ABK merupakan individu yang membutuhkan penanganan khusus karena memiliki gangguan atau keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan, baik dari segi fisik maupun psikisnya.Â
Istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) awalnya dikenal dengan Anak Luar Biasa (ALB). Anak Luar Biasa (ALB) adalah anak yang memiliki ketidakmampuan atau kelainan pada fisik dan mental, hal ini dijamin oleh UU No. 2 Tahun 1989.Â
Setelah dengan adanya UU No. 20 Tahun 2003, terjadi perubahan istilah menjadi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Disebut anak berkebutuhan khusus karena anak tersebut memang membutuhkan pelayanan khusus dalam pendidikan.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1991 mengenai Pendidikan Luar Biasa (PLB), anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan menjadi 4 kategori sebagai berikut:
- Kelainan Fisik yang meliputi tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa.
- Kelainan Mental yang meliputi tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.
- Kelainan perilaku atau dikenal dengan tunalaras.
- Kelainan ganda.
Baca juga : Metode Problem Based Learning Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Dari 4 kategori tersebut, masih belum dibedakan secara spesifik sesuai kelainan yang diderita. Berikut ini penjelasan mengenai klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus.
- Tunanetra merupakan individu yang memiliki gangguan fungsi pada indera penglihatannya, baik tidak bisa berfungsi sama sekali (blind) atau pun berfungsi dengan rendah (low vision).
- Tunarungu merupakan individu yang memiliki gangguan pada fungsi pendengarannya, Â baik secara kesuluruhan atau pun sebagian.
- Tunagrahita merupakan individu yang memiliki gangguan atau keterbatasan pada perkembangan mental intelektual dan keterampilan adaptifnya.
- Tunadaksa merupakan individu yang memiliki kecacatan pada anggota gerak yang disebabkan oleh kecelakaan atau pun faktor bawaan. Tunadaksa dapat meliputi cerebral palcsy, amputasi, lumpuh, dan polio. Gangguan pada tunadaksa dapat dibedakan berdasarkan tingkatannya, yaitu: ringan, sedang, dan berat.
- Tunalaras merupakan individu yang memiliki gangguan pada perilakunya, yang bisa disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Pada tunalaras cenderung tidak bisa mengontrol emosi dan sulit menyesuaikan diri.
- Tunaganda merupakan individu yang memiliki gangguan pada perkembangan neurologis yang disebabkan oleh dua atau lebih kelainan.
Pendidikan luar biasa khususnya di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menangani anak berkebutuhan khusus, pada dasarnya dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan ketidakmampuan yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelayanannya lebih terfokus, sehingga dapat mempermudah proses KBM. Sekolah Luar Biasa (SLB) dibedakan menjadi 6 kategori sesuai dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus sebagai berikut.
- SLB A yang diperuntukkan kepada tunanetra.
- SLB B yang diperuntukkan kepada tunarungu.
- SLB C yang diperuntukkan kepada tunagrahita.
- SLB D yang diperuntukkan kepada tunadaksa.
- SLB E yang diperuntukkan kepada tunalaras.
- SLB G yang diperuntukkan kepada cacat ganda.
Setiap Sekolah Luar Biasa (SLB) di berbagai daerah dengan karakteristik tertentu, memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan pelayanan khususnya sesuai dengan kebijakan di sekolah masing-masing.Â
Diperlukan metode pengajaran yang tepat agar tujuan pendidikan di sekolah mampu dicapai dengan baik. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos, metha berarti melalui dan hodos berarti cara.
Menurut KBBI, metode dapat diartikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
Sedangkan pengajaran berasal dari kata "ajar", yang mana menurut KBBI kata "ajar" berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui.Â
Sehingga pengajaran dapat diartikan sebagai suatu petunjuk proses yang berkaitan dengan perbuatan mengajarkan.Â
Dari pengertian di atas, metode pengajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan memberi pengajaran guna mencapai tujuan pendidikan.
Metode pengajaran yang baik adalah metode pengajaran yang dapat diterapkan pada permasalahan dan kondisi siswa yang tepat. Artinya diterapkan pada problematika belajar tiap-tiap anak berkebutuhan khusus dengan karakteristik tertentu.Â
Baca juga : Â Pembelajaran Daring Melalui Zoom Meeting sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di Masa Pandemi Covid-19
Umumnya, dalam proses kegiatan belajar mengajar terdapat metode yang dapat dilakukan. Selain itu ada juga metode pengajaran yang lebih spesifik sesuai dengan karakteristik pada anak berkebutuhan khusus. Berikut metode pengajaran secara umum yang dapat diterapkan oleh pendidik pada Sekolah Luar Biasa (SLB).
- Komunikasi (communication)
Metode pengajaran untuk anak berkebutuhan khusus yang utama adalah komunikasi. Komunikasi menjadi hal paling dasar yang dilakukan oleh pendidik kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hubungan yang baik. Dengan adanya hubungan baik antara pendidik dengan anak berkebutuhan khusus, maka akan mempengaruhi proses pembelajaran. Terwujudnya komunikasi yang baik memberi rasa nyaman bagi anak berkebutuhan khusus. Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas bisa terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran dengan mudah dapat dicapai.
- Analisis tugas (task analysis)
Metode pengajaran ini dilakukan dengan cara pendidik menjelaskan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh anak berkebutuhan khusus dalam indikator kompetensi. Hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan sudah sesuai indikator kompetensi atau belum.
- Intruksi langsung (direct intruction)
Metode pengajaran ini bertujuan untuk menunjang belajar anak berkebutuhan khusus demi memberi perkembangan dalam kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Metode ini dapat dilakukan oleh pendidik secara bertahap dan terstruktur dalam bentuk intruksi. Metode ini berpusat pada guru (teacher centered), tetapi peserta didik tetap berperan aktif dalam proses pembelajaran baik dari segi fisik maupun mental.
- Prompts
Metode ini dilakukan pendidik untuk memberikan bantuan kepada anak berkebutuhan khusus berupa informasi penjelas atau tambahan guna menghasilkan respon yang benar dan tepat. Macam-macam prompts yaitu;
- Verbal prompts
Metode ini digunakan untuk membantu siswa dengan cara pemberian intruksi tambahan berupa informasi verbal. Informasi verbal yang dimaksud yaitu informasi yang disampaikan secara lisan atau dalam bentuk kata-kata. Contoh: Andi merupakan salah satu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Andi belajar memakai dasi, intruksi yang diberikan yaitu pakailah dasimu Andi!, verbal promptsnya yaitu kalungkan dasi pada leher terlebih dulu.
- Gestural prompts
Metode ini bertujuan untuk pemberian bantuan oleh pendidik kepada anak berkebutuhan khusus  yang berupa informasi penjelas yang disampaikan melalui gerak (gesture) anggota tubuh. Misalnya : seorang pendidik memberi tanda kepada Andi, tanda bisa melakukan dengan membentuk huruf O pada jari tangan dan tanda tidak bisa dengan membentuk huruf X pada jari tangan.
- Modelling
Metode ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada peserta didik mengenai cara menyelesaikan tugasnya dengan cara mempraktikkan. Modelling ini akan dilakukan jika verbal prompts dianggap tidak berhasil. Contoh: Saat Andi belajar memakai dasi, pendidik memberikan verbal prompts. Akan tetapi Andi tidak menangkap bantuan informasi yang diberikan, maka dari itu dapat dilakukan modelling dengan cara mempraktikkan langsung bagaimana memakai dasi yang baik dan benar, dengan begitu Andi dapat menirunya.
- Physical prompts
Metode ini digunakan jika metode-metode prompts di atas tadi dianggap tidak berhasil. Physical prompts merupakan metode untuk membantu anak dalam melaksanakan tugasnya dengan memberikan kontak fisik. Contoh: Saat Andi belajar memakai dasi, pendidik memberikan verbal prompts. Akan tetapi Andi tidak menangkap bantuan informasi yang diberikan, sehingga beralih ke modelling. Sayangnya Andi masih belum menangkap bantuan tersebut. Maka dari itu dapat dilakukan physical prompts dengan cara pendidik membantu Andi secara langsung bagaimana memakai dasi.
- Peer tutorial
Metode ini dilakukan secara berpasangan yang terdiri dari dua anak dengan tingkatan berbeda. Contoh: anak A berpasangan dengan anak B yang memiliki tingkat kepintaran lebih baik dibandingkan A. Hal ini dimaksudkan agar anak B bisa mengajari anak A yang kepintarannya kurang. Peer tutorial biasanya dipakai dalam kelas reguler yang terdiri dari anak normal dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Adanya metode ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kepedulian antar sesama.
- Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Metode yang terakhir ini dilakukan dengan cara berkelompok untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan yang diberikan. Sehingga dengan adanya pembelajaran kooperatif, setiap peserta didik dapat berbaur dengan temannya yang memiliki kemampuan berbeda agar saling bekerja sama.
Metode pengajaran di atas masih bersifat umum, sehingga perlu metode pengajaran khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang sesuai dengan klasifikasinya.Â
Dengan adanya metode pengajaran yang sesuai dengan kelainan yang diderita, maka keoptimalan dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat tercapai.
Selain itu, pendidik akan mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran jika metode pengajarannya sudah dispesifikan sesuai kategorinya. Metode-metode pengajaran yang sudah disesuaikan dengan kelainan yang diderita yaitu :
- Tunanetra
Untuk anak tunanetra metode pengajaran yang cocok yaitu communication, direct intruction, dan cooperative learning. Metode-metode tersebut cocok bagi anak tunanetra karena tidak memerlukan indera penglihatan. Meskipun begitu, anak tunanetra tetap bisa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan teknik pembelajaran yang sesuai dengan mereka demi mendukung berjalannya pendidikan yang optimal seperti menggunakan huruf Braille.
- Tunarungu
Untuk anak tunarungu metode pengajaran yang cocok yaitu communication (bisa menggunakan bahasa isyarat), task analysis, gestural prompts, modelling prompts, physical prompts, dan cooperative learning. Guru tetap menjadi pusat dalam pembelajaran dan memberikan arahan serta pendampingan.
- Tunagrahita
Untuk anak tunagrahita metode pengajaran yang cocok yaitu communication, task analysis, prompts (kecuali peer tutorial). Anak tunagrahita masih memerlukan pendampingan yang lebih dari pendidik. Pendidik dapat memberi pengajaran secara bertahap, mengingat karakteristik anak tunagrahita berbeda dengan kelainan anak lainnya. Pendidik juga dapat membuat pembelajaran lebih menarik dengan menggunakan alat bantu atau media pembelajaran, sehingga anak tunagrahita tertarik dalam belajar.
- Tunadaksa
Untuk tunadaksa metode pengajaran yang cocok yaitu communication, task analysis, prompts, dan cooperative learning. Selain metode pengajaran, juga harus didukung dengan alat bantu dan juga media pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran.
- Tunalaras
Untuk tunalaras metode pengajaran yang cocok yaitu komunikasi dan task analysis. Pendidik baiknya membentuk suasana belajar yang nyaman serta membangun komunikasi yang baik dengan anak tunalaras. Sehingga diharapkan hal tersebut juga dapat meminimalisir kecelakaan akibat keterbatasan dalam pengendalian emosi.
- Tunaganda
Untuk tunaganda metode pengajaran yang cocok yaitu communication, task analysis, direct instruction, prompts dan cooperative learning. Tergantung tunaganda yang seperti apa, dan problematika yang bagaiman. Karena tunaganda memiliki jenis yang berbeda-beda. Pendidik hendaknya juga menciptakan suasana belajar yang menarik dan kondusif.
KESIMPULANÂ
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengoptimalkan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus diperlukan metode pengajaran yang harus dilakukan oleh pendidik.Â
Metode pengajaran bagi anak berkebutuhan khusus secara umum meliputi komunikasi (communication), tugas analisis (task analysis), instruksi langsung (direct intruction), prompts (verbal prompts, gestural prompts, modelling, physical prompts, dan peer tutorial), dan pembelajaran kooperatif (cooperative learning).Â
Dalam menggunakan metode pengajaran tersebut disesuaikan dengan kebijakan di SLB masing-masing. Karena setiap SLB sudah diklasifikasikan menurut jenis kelainan dari anak berkebutuhan khusus.
SARAN
Sebaiknya pendidikan pada anak berkebutuhan khusus di Indonesia lebih diperhatikan lagi. Karena setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu di bangku pendidikan.Â
Orang tua hendaknya bisa memberikan dukungan kepada anaknya demi perkembangan yang baik dan tepat. Dengan begitu, anak berkebutuhan khusus mempunyai semangat hidup untuk bisa mewujudkan impian dan bisa mengembangkan kemampuannya melalui pendidikan.
Selain itu pendidik diharapkan memiliki kemampuan yang cakap dalam membantu berjalannya pendidikan anak berkebutuhan khusus di SLB.Â
Pendidik harus mampu menerapkan serta mengkombinasi berbagai metode pengajaran yang sesuai dengan kategori di SLB yang ia tempati.Â
Antara orang tua dengan pihak sekolah diharapkan saling bersinergi demi terwujudnya keoptimalan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Desiningrum, Dinie Ratri. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: psikosain.
Dermawan, Oki. Desember 2013. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB. Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 6, No. 2, hlm. 886 -- 897.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Maulida ad. 2017. Metode Pembelajaran untuk ABK di https://www.kompasiana.com/maulidaad/58dcc8f6339773ec1beb7e17/metode-pembelajaran-untuk-abk?page=all diakses pada hari Selasa, 29 Oktober 2019 pukul 06.05.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H