Menurut KBBI, metode dapat diartikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.
Sedangkan pengajaran berasal dari kata "ajar", yang mana menurut KBBI kata "ajar" berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui.Â
Sehingga pengajaran dapat diartikan sebagai suatu petunjuk proses yang berkaitan dengan perbuatan mengajarkan.Â
Dari pengertian di atas, metode pengajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan memberi pengajaran guna mencapai tujuan pendidikan.
Metode pengajaran yang baik adalah metode pengajaran yang dapat diterapkan pada permasalahan dan kondisi siswa yang tepat. Artinya diterapkan pada problematika belajar tiap-tiap anak berkebutuhan khusus dengan karakteristik tertentu.Â
Baca juga : Â Pembelajaran Daring Melalui Zoom Meeting sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di Masa Pandemi Covid-19
Umumnya, dalam proses kegiatan belajar mengajar terdapat metode yang dapat dilakukan. Selain itu ada juga metode pengajaran yang lebih spesifik sesuai dengan karakteristik pada anak berkebutuhan khusus. Berikut metode pengajaran secara umum yang dapat diterapkan oleh pendidik pada Sekolah Luar Biasa (SLB).
- Komunikasi (communication)
Metode pengajaran untuk anak berkebutuhan khusus yang utama adalah komunikasi. Komunikasi menjadi hal paling dasar yang dilakukan oleh pendidik kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hubungan yang baik. Dengan adanya hubungan baik antara pendidik dengan anak berkebutuhan khusus, maka akan mempengaruhi proses pembelajaran. Terwujudnya komunikasi yang baik memberi rasa nyaman bagi anak berkebutuhan khusus. Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas bisa terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran dengan mudah dapat dicapai.
- Analisis tugas (task analysis)
Metode pengajaran ini dilakukan dengan cara pendidik menjelaskan tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh anak berkebutuhan khusus dalam indikator kompetensi. Hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan anak berkebutuhan khusus dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan sudah sesuai indikator kompetensi atau belum.
- Intruksi langsung (direct intruction)
Metode pengajaran ini bertujuan untuk menunjang belajar anak berkebutuhan khusus demi memberi perkembangan dalam kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Metode ini dapat dilakukan oleh pendidik secara bertahap dan terstruktur dalam bentuk intruksi. Metode ini berpusat pada guru (teacher centered), tetapi peserta didik tetap berperan aktif dalam proses pembelajaran baik dari segi fisik maupun mental.
- Prompts
Metode ini dilakukan pendidik untuk memberikan bantuan kepada anak berkebutuhan khusus berupa informasi penjelas atau tambahan guna menghasilkan respon yang benar dan tepat. Macam-macam prompts yaitu;
- Verbal prompts
Metode ini digunakan untuk membantu siswa dengan cara pemberian intruksi tambahan berupa informasi verbal. Informasi verbal yang dimaksud yaitu informasi yang disampaikan secara lisan atau dalam bentuk kata-kata. Contoh: Andi merupakan salah satu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Andi belajar memakai dasi, intruksi yang diberikan yaitu pakailah dasimu Andi!, verbal promptsnya yaitu kalungkan dasi pada leher terlebih dulu.
- Gestural prompts
Metode ini bertujuan untuk pemberian bantuan oleh pendidik kepada anak berkebutuhan khusus  yang berupa informasi penjelas yang disampaikan melalui gerak (gesture) anggota tubuh. Misalnya : seorang pendidik memberi tanda kepada Andi, tanda bisa melakukan dengan membentuk huruf O pada jari tangan dan tanda tidak bisa dengan membentuk huruf X pada jari tangan.
- Modelling
Metode ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada peserta didik mengenai cara menyelesaikan tugasnya dengan cara mempraktikkan. Modelling ini akan dilakukan jika verbal prompts dianggap tidak berhasil. Contoh: Saat Andi belajar memakai dasi, pendidik memberikan verbal prompts. Akan tetapi Andi tidak menangkap bantuan informasi yang diberikan, maka dari itu dapat dilakukan modelling dengan cara mempraktikkan langsung bagaimana memakai dasi yang baik dan benar, dengan begitu Andi dapat menirunya.
- Physical prompts
Metode ini digunakan jika metode-metode prompts di atas tadi dianggap tidak berhasil. Physical prompts merupakan metode untuk membantu anak dalam melaksanakan tugasnya dengan memberikan kontak fisik. Contoh: Saat Andi belajar memakai dasi, pendidik memberikan verbal prompts. Akan tetapi Andi tidak menangkap bantuan informasi yang diberikan, sehingga beralih ke modelling. Sayangnya Andi masih belum menangkap bantuan tersebut. Maka dari itu dapat dilakukan physical prompts dengan cara pendidik membantu Andi secara langsung bagaimana memakai dasi.
- Peer tutorial
Metode ini dilakukan secara berpasangan yang terdiri dari dua anak dengan tingkatan berbeda. Contoh: anak A berpasangan dengan anak B yang memiliki tingkat kepintaran lebih baik dibandingkan A. Hal ini dimaksudkan agar anak B bisa mengajari anak A yang kepintarannya kurang. Peer tutorial biasanya dipakai dalam kelas reguler yang terdiri dari anak normal dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Adanya metode ini bertujuan untuk meningkatkan rasa kepedulian antar sesama.
- Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Metode yang terakhir ini dilakukan dengan cara berkelompok untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan yang diberikan. Sehingga dengan adanya pembelajaran kooperatif, setiap peserta didik dapat berbaur dengan temannya yang memiliki kemampuan berbeda agar saling bekerja sama.
Metode pengajaran di atas masih bersifat umum, sehingga perlu metode pengajaran khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang sesuai dengan klasifikasinya.Â
Dengan adanya metode pengajaran yang sesuai dengan kelainan yang diderita, maka keoptimalan dalam pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat tercapai.
Selain itu, pendidik akan mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran jika metode pengajarannya sudah dispesifikan sesuai kategorinya. Metode-metode pengajaran yang sudah disesuaikan dengan kelainan yang diderita yaitu :
- Tunanetra
Untuk anak tunanetra metode pengajaran yang cocok yaitu communication, direct intruction, dan cooperative learning. Metode-metode tersebut cocok bagi anak tunanetra karena tidak memerlukan indera penglihatan. Meskipun begitu, anak tunanetra tetap bisa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan teknik pembelajaran yang sesuai dengan mereka demi mendukung berjalannya pendidikan yang optimal seperti menggunakan huruf Braille.
- Tunarungu
Untuk anak tunarungu metode pengajaran yang cocok yaitu communication (bisa menggunakan bahasa isyarat), task analysis, gestural prompts, modelling prompts, physical prompts, dan cooperative learning. Guru tetap menjadi pusat dalam pembelajaran dan memberikan arahan serta pendampingan.
- Tunagrahita
Untuk anak tunagrahita metode pengajaran yang cocok yaitu communication, task analysis, prompts (kecuali peer tutorial). Anak tunagrahita masih memerlukan pendampingan yang lebih dari pendidik. Pendidik dapat memberi pengajaran secara bertahap, mengingat karakteristik anak tunagrahita berbeda dengan kelainan anak lainnya. Pendidik juga dapat membuat pembelajaran lebih menarik dengan menggunakan alat bantu atau media pembelajaran, sehingga anak tunagrahita tertarik dalam belajar.
- Tunadaksa
Untuk tunadaksa metode pengajaran yang cocok yaitu communication, task analysis, prompts, dan cooperative learning. Selain metode pengajaran, juga harus didukung dengan alat bantu dan juga media pembelajaran untuk mempermudah proses pembelajaran.
- Tunalaras
Untuk tunalaras metode pengajaran yang cocok yaitu komunikasi dan task analysis. Pendidik baiknya membentuk suasana belajar yang nyaman serta membangun komunikasi yang baik dengan anak tunalaras. Sehingga diharapkan hal tersebut juga dapat meminimalisir kecelakaan akibat keterbatasan dalam pengendalian emosi.
- Tunaganda
Untuk tunaganda metode pengajaran yang cocok yaitu communication, task analysis, direct instruction, prompts dan cooperative learning. Tergantung tunaganda yang seperti apa, dan problematika yang bagaiman. Karena tunaganda memiliki jenis yang berbeda-beda. Pendidik hendaknya juga menciptakan suasana belajar yang menarik dan kondusif.
KESIMPULANÂ