Mohon tunggu...
Lesa Anggra Wistu
Lesa Anggra Wistu Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

be yourself :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa

1 November 2019   12:06 Diperbarui: 22 Juni 2021   13:59 12160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Metode Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa (unsplash/taylor-wilcox)

Penulis mengumpulkan data dengan cara menelaah berbagai sumber tertulis seperti e-book, jurnal, artikel, Undang-Undang, dan Peraturan Pemerintah yang berisi kajian tentang Metode Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Sekolah Luar Biasa (SLB).

HASIL DAN ANALISIS

Anak berkebutuhan khusus atau yang lebih dikenal dengan ABK merupakan individu yang membutuhkan penanganan khusus karena memiliki gangguan atau keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan, baik dari segi fisik maupun psikisnya. 

Istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) awalnya dikenal dengan Anak Luar Biasa (ALB). Anak Luar Biasa (ALB) adalah anak yang memiliki ketidakmampuan atau kelainan pada fisik dan mental, hal ini dijamin oleh UU No. 2 Tahun 1989. 

Setelah dengan adanya UU No. 20 Tahun 2003, terjadi perubahan istilah menjadi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Disebut anak berkebutuhan khusus karena anak tersebut memang membutuhkan pelayanan khusus dalam pendidikan.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1991 mengenai Pendidikan Luar Biasa (PLB), anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan menjadi 4 kategori sebagai berikut:

  1. Kelainan Fisik yang meliputi tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa.
  2. Kelainan Mental yang meliputi tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.
  3. Kelainan perilaku atau dikenal dengan tunalaras.
  4. Kelainan ganda.

Baca juga : Metode Problem Based Learning Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Dari 4 kategori tersebut, masih belum dibedakan secara spesifik sesuai kelainan yang diderita. Berikut ini penjelasan mengenai klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus.

  1. Tunanetra merupakan individu yang memiliki gangguan fungsi pada indera penglihatannya, baik tidak bisa berfungsi sama sekali (blind) atau pun berfungsi dengan rendah (low vision).
  2. Tunarungu merupakan individu yang memiliki gangguan pada fungsi pendengarannya,  baik secara kesuluruhan atau pun sebagian.
  3. Tunagrahita merupakan individu yang memiliki gangguan atau keterbatasan pada perkembangan mental intelektual dan keterampilan adaptifnya.
  4. Tunadaksa merupakan individu yang memiliki kecacatan pada anggota gerak yang disebabkan oleh kecelakaan atau pun faktor bawaan. Tunadaksa dapat meliputi cerebral palcsy, amputasi, lumpuh, dan polio. Gangguan pada tunadaksa dapat dibedakan berdasarkan tingkatannya, yaitu: ringan, sedang, dan berat.
  5. Tunalaras merupakan individu yang memiliki gangguan pada perilakunya, yang bisa disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Pada tunalaras cenderung tidak bisa mengontrol emosi dan sulit menyesuaikan diri.
  6. Tunaganda merupakan individu yang memiliki gangguan pada perkembangan neurologis yang disebabkan oleh dua atau lebih kelainan.

Pendidikan luar biasa khususnya di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menangani anak berkebutuhan khusus, pada dasarnya dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan ketidakmampuan yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelayanannya lebih terfokus, sehingga dapat mempermudah proses KBM. Sekolah Luar Biasa (SLB) dibedakan menjadi 6 kategori sesuai dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus sebagai berikut.

  1. SLB A yang diperuntukkan kepada tunanetra.
  2. SLB B yang diperuntukkan kepada tunarungu.
  3. SLB C yang diperuntukkan kepada tunagrahita.
  4. SLB D yang diperuntukkan kepada tunadaksa.
  5. SLB E yang diperuntukkan kepada tunalaras.
  6. SLB G yang diperuntukkan kepada cacat ganda.

Setiap Sekolah Luar Biasa (SLB) di berbagai daerah dengan karakteristik tertentu, memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan pelayanan khususnya sesuai dengan kebijakan di sekolah masing-masing. 

Diperlukan metode pengajaran yang tepat agar tujuan pendidikan di sekolah mampu dicapai dengan baik. Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos, metha berarti melalui dan hodos berarti cara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun