Pertemuan pertama
Disore hari aku duduk seorang diri di bawah pohon yang amat rimbun. Kalian tau apa yang aku tunggu? Aku menunggu sang penguasa siang yang hendak terbenam di ufuk barat. Aku mulai mempersiapakan kameraku yang sedari tadi ku simpan dalam tas ku.
Pada saat sang penguasa siang sudah mulai terbenam karena disuruh pergi oleh malam aku mulai mengambil satu persatu keindahannya. Tak lupa aku berselfi dengannya yang pergi dengan keindahanya entah dia ingin kemana aku juga tidak tau.
Di balik pohon dekat ku aku melihat seorang yang lagi duduk sambil menatap senja dengan mata kosongnya. Dia begitu malang dan sedih entah karena senja yang mulai pergi atau hatinya sedang hancur. Angin meniup rambutnya yang panjang dan hitam kilau itu, seakan ingin memperlihatkan parasanya yang cantik dan angun itu. Aku memotretnya dengan senja yang mulai memancarkan warnanya yang indah tampa sepengetahuanya.
Aku menghampirinya dan hendak mengobrol denganya karena dia begitu sedih dan lesu. Aku pun beranjak pelan-pelan sambil meyapannya.
“Halo” sapa ku.
“Hay” jawanya tampa melihat ke arahku.
Di begitu sedih dan sangat kasian sekali.
“Aku bisa duduk disi kak” tanyaku sambil memperhatikanya.
“Iya silahkan” jawabnya sambil megerserkan badanya. Itu tandanya dia tidak merasa ganggu dengan kedangan ku.
“Aku ngak ganggu kan” tanya ku sekali lagi memastikan bahwa kedatangan ku tak menganggunya.