Suatu Sore aku mengajak tira untuk naik bukit bersamaku. Aku mempersiapkan foto yang dulu sempatku potret diam-diam dan lalu ku bungkus dengan bingkai yang indah. Aku mempersiapkan sekuntum bunga mawar yang ku beli di toko pas pulang sekolah tadi siang.
Aku pun menjemput tiara di rumahnya dengan motor kesayanganku. Sesampai di rumahnya aku meminta injin kepada ayahnya untuk mengajak tiara jalan-jalan. Setelah meminta injin kami pun langsung naik kebukit yang lumayan tinngi. Sesampai di puncak bukit aku mengajak tiara duduk di bawah pohon yang sering ku teduhi di sore hari saat menunggu sang penguasa siang ingin terbenam.
Sang penguasa siangpun mulai memerah dan mulai memperlihatkan kecantian warnanya. Sedangakn kami berdua duduk sambil melihatnya dengan penuh ketenangan.
Dalam hatiku berkata, ”senja bantulah aku kali ini, jangan kau bawa senja yang indah di sampingku ini”
Aku mulai meminta tiara memejam matanya sambil melihat ke arah senja yang begitu indah. Aku muali berlutut di depanya, lalu menyuruhnya membuka matanya. Dia kaget dengan apa yang dia lihat. Aku berlutut sambil memegang sekuntup bunga dan sebuah foto yang ku angap sebuah karya pemotretan paling sempurna.
“Dengan di saksikan oleh senja yang indah ini aku ingin mengatakan, aku sangat mencintaimu tiara” kataku sambil menunduk menunggu jawabn dari san ratu yang ada di depanku.
“Aku juga mencintai mu” jawab tiara sembari menagis.
Jawaban itu membuatku tak bisa menahan air mataku karena TuhaN menakdirkan ku bersamanya. Aku langsung memeluknya dan tak ingin melepaskanya lagi.
“Apakah cinta kita akan seperti senja?” tanya tiara
“Tidak akan, Aku sudah meminta senja untuk tidak membawa mu bersamnya karena kau hanya miliku saja” Jawabku sambil memeluknya dengan erat.
Aku mengambil sebuah foto yang sudah ku bungkus dengan bingkai indah.