* * * * *
BAJU kaos dan celana jins yang semalam basah sudah mengering. Nika mengenakannya kembali, usai mandi keramas. Penampilannya begitu cantik cemerlang usai menyisir rambut. Ibu itu terpesona menatapnya." Alangkah cantiknya kamu bisa mengalami nasib buruk seperti ini."
"Aku selalu mengandalkan Tuhan, namboru, aku tulus menerima cobaan ini semua." Nika tersenyum, manis sekali senyum menghiasi bibirnya.
 "Jaman sekarang susah mencari anak gadis macam kamu yang begitu tulus memuji dan mengandalkan Tuhan, aku yakin kamu selalu diperhatikan dan ditolong Tuhan."
"Amiiiinnnn..." Nika kembali tersenyum.
Mereka akan ke kota usai sarapan pagi. Sekitar pukul 11 pagi itu, Nika diberikan sebuah topi kain dan kaca mata hitam yang kebetulan sesuai betul dengan form wajahnya. Tampilannya makin elegan.
"Pakai juga jeket ibu ini, biar kamu makin samar nanti."
Nika memakai jeket itu. "Jeket namboru ini akan melindungiku."
"Kamu punya uang buat ongkos?" tanya perempuan berhati berlian itu hendak merogo dompet di tangannya.
Nika merogo dompet kecil di kantongnya. "Ini masih cukup Bu, aku juga ada ATM..."
Ada niat gadis itu mau mengambil uang ke ATM. Tapi ia ingin langsung ke stasiun, jangan lagi menambah beban singgah-singgah, yang risikonya berbahaya.