Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... Wiraswasta - freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tak Kubiarkan Cintaku Berakhir di Tuktuk (117)

19 Desember 2015   15:01 Diperbarui: 19 Desember 2015   15:01 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Nika tegang, menahan nafas. Ia memastikan orang itu para bajingan penyanderanya sedang kalang kabut mencarinya.

"Kamu masuk aja ke kamar itu, kamar namboru," kata perempuan itu menunjuk kamar tengah. Dengan perasaan tegang Nika beringsut masuk kamar.

Suara percakapan itu makin dekat dan jelas.

"Gila, mana mungkin gadis itu ke sini," kata yng seorang. Nika kenal suara Ramli, lelaki yang mengawasinya ke toilet rumah makan.

"Aku rasa juga tak mungkin. Dusun ini sepi dan menyeramkan. Mungkin tadi dia terus lari lurus mengikuti jalan tadi." Yang ini suaranya Dirgo.

"Tapi apa kata Tonny ajalah kita ikuti, dia kan keras kepala," sahut Ramli bernada kesal.

Suara anjing menggonggong mengagetkan kedua lelaki sangar itu. Rupanya seberingas apapun lelaki, kaalau sudah anjing yang mendekat keder juga.

"Sssssst...hallo teman, kami bukan maling, kami orang baik-baik," suara Ramli lembut membujuk. Anjing itu mengibas-ibaskan ekornya mengendus-endus ke arah kaki Kedua bandit itu. Ramli dan Dirgo mepet ke dinding rumah tak berani sembarang bergerak, takut digigit.

"Sudah, sudahlah kawan, kami akan pergi," bisik Dirgo ketakutan. Anjing itu seakan mengerti, ia ngeloyor perlahan ke rimbun bambu yang gelap.

"Ayo kita cabut Dir, tempat sialan," gerutu Ramli . Keduanya berjalan pelan seraya berjaga-jaga kalau anjing itu balik menerjang.

Kepada Tonny yang berdiri di simpang jalan dusun, Ramli berkata dengan suara tersekat di kerongkongan," Tak ada di sana bos, kampung itu sepi seperti dihuni setan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun