Sekali lagi namanya dipanggil. Riko masih celingukan, memastikan sumber suara. Akhirnya ia menoleh mencermati gadis yang memandang ke arahnya. Riko terpana. Senyuman di bibir itu dan lesung pipi kecil yang tak asing baginya. Bukankah itu miliknya Nika?
Kerongkongannya  tersekat menyebut nama itu, ragu.Â
"Nika...?"
"Rik..."
Nah itu dia. Gadis itu yang bersuara. Riko seakan terpelanting pada sebuah suasana mengharubiru tak terlukiskan. Riko melangkah mendekat.Â
"Bagai dalam mimp ya Riko," terdengar suara sayup dari mulut Nika. Dia melepas kaca mata hitam itu. Riko makin terpana.
Tak perlu banyak kata lagi,keduanya saling dekap. Kenderaan yang lalu lalang di jalan raya tak dihiraukan. Dekapan melekat itu tak segera dilepas. Seakan sudah puluhan tahun tak bertemu.
Riko berbisik " Tak kusangka bisa lagi bertemu denganmu di sini Nika."
Nika membalas bisikan itu, lirih." Tak ada yang mustahil kan Rik, seperti dulu aku pernah katakan."
"Aku merindukanmu siang malam," kata Riko setelah melepas pelukan.
"Rinduku lebih menyiksa lagi," balas Nika.Â