Judul di atas menggambarkan fase kehidupan seseorang manusia, fase ketika berada di masa transisi ataupun di masa menjadi seseorang yang dewasa atau bahkan di fase kehidupan yang sedang sulit.
Kelima proses itu akan membentuk karakter seseorang, apakah dia akan menjadi seorang yang tahan banting atau hanya sebagai manusia yang mudah menyerah karena keadaan.
Proses yang tidak mudah bagi semua orang untuk menghadapi atau bahkan melewati lima proses di atas, diperlukan sesuatu yang kuat dari dalam diri untuk keluar dari lingkaran setan yang mengelilinginya, 5 proses itu membangun diri kita untuk bisa melewati tapal batas kita sebagai manusia. Apa sih tapal batas itu, menurut saya tapal batas merupakan batasan kemampuan yang ada di dalam dirinya, yang membatasi dirinya untuk berada disitu saja.
Oleh karena itu 5 fase ini perlu dikenali lebih dalam sebagai berikut :
1. NgeyelÂ
ini adalah fase pertama dari lingkaran setan, ini adalah posisi atau keadaan kita sangat keras kepala dengan kenyataan yang ada. Kita tidak bisa menerima dengan lapang bahwa kenyataannya masih seperti itu. Â Kita selalu bertanya kenapa kondisi saya seperti ini, tidak seperti yang diharapkan dan direncanakan di awal. Ketika ngeyel telah selesai muncul lah marah.
2. Marah
Bagi saya marah adalah berbahaya. Dengan marah terkadang kita tidak bisa mengendalikan diri kita sendiri, kita lupa akan siapa diri kita sesungguhnya. Kemarahan yang terjadi dalam fase kehidupan biasanya akan memunculkan kambing hitam untuk disalahkan. Contoh pasutri bertengkar dalam rumah  tangga tetapi anak yang disalahkan. Hal yang paling berbahaya dari marah adalah marah terhadap diri kita sendiri. Pernah kan kita marah dengan diri kita sendiri. Ini tidak boleh terjadi, sebenarnya ketika kita marah kepada diri kita sendiri ada bagian dari dalam diri kita yang terluka, yaitu jiwa maupun sebagian dari dalam diri kita, kita menjadi tidak bersemangat ketika kita bermusuhan dari diri kita, lupa akan semuanya. Marah adalah pangkal dari kehancuran, jika kita marah kita lupa akan namanya bersyukur atas hidup, semakin marah maka diri pun akan hancur.
3. Nawar
Disaat marah sudah mulai bisa berkurang dan sudah mulai bisa dikendalikan oleh diri kita, masuklah ketahap nawar. Kita mulai-mulai nego dengan diri kita, dengan Tuhan ataupun dengan sesama mungkin. Mulai menggunakan analogi seandainya, semisal seandainya hidup saya seperti dia Ya Tuhan pasti saya dan orang-orang disekitar saya akan bangga. Berulang-ulang terus sampai kita tidak melakukan apapun, yang ada hanyalah kebosanan hidup dan ketidak tahuan apa yang harus dilakukan saat itu dan saat ini.Terus melihat kebelakang, padahal seharusnya hidup melihat ke depan, bukan melihat apa yang sudah terjadi.Â
4. Depresi