Mohon tunggu...
Healthy Pilihan

Anti Vaksin dan Fasisme

12 Maret 2016   12:05 Diperbarui: 16 Juni 2017   15:47 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dampak anti vaksin || sumber: Council on Foreign Relations

Kekuatan informasi menjadi basis bagi para fasis. Gerakan anti vaksin dengan motiv teologis juga kerap ditunggangi, bayangkan saja di Filipina santer tersebar info bahwa vaksin Tetanus tercampur materi janin aborsi, ini tentunya sangat mempengaruhi umat Katolik di Filipina. Sementara di Nigeria, vaksin polio dipoles isu adanya campuran obat kemandulan, tentu saja keresahan segera menyebar.

Sesungguhnya kampanye anti vaksin merupakan kesuksesan bagi para fasistik, bagaimana tidak, akhirnya pekerja kemanusiaan yang berusaha melakukan imunisasi di Pakistan dan Afghanistan menjadi sasaran peluru, tidak sedikit yang tewas. Teori konspirasi vaksin sangat mudah dicerna oleh para teolog ekstrimis.

Parahnya lagi, antisipasi virus zika yang menyebar di Brazil dan sebagian Amerika Selatan, oleh anti vaksin , disebut sebagai konspirasi, merupakan akibat dari penggunaan vaksin. Sungguh, absurd level dewa.

Sadar atau tidak mengenai sponsorisasi dari para fasistik, pengikut anti vaksin seharusnya paham bahwa gerakan mereka merupakan self destruct, berbahaya bagi diri, keluarga, dan bangsa.

Menjadi pribadi yang bertanggungjawab adalah pilihan, mensyukuri akal dan nurani anugerah Ilahi adalah kewajiban. Memilih untuk anti vaksin merupakan hak, namun menyebarkan dogma yang membahayakan peradaban manusia, jelas merupakan kejahatan.

Mungkin sedikit satistik dapat menggugah, setiap tahun sekitar 500.000 anak meninggal karena Campak, tetanus meregut 200.000 nyawa, Diphteria dan Pertusis menyebabkan 300.000 tewas, Haemophilus influenzae tipe membunuh 400.000, sementara Rotavirus melenyapkan 600.000 jiwa, mayoritas adalah anak-anak.

Bukankah malaikat-malaikat kecil tersebut pantas mendapatkan kehidupan yang lebih panjang, masa depan yang cerah. Kampanye fasis yang mensponsori gerakan anti vaksin akan menggandakan jumlah kematian yang sebenarnya bisa dicegah melalui vaksinasi.

Gambaran melalui melalui pemetaan dampak anti vaksin terhadap merebaknya wabah Campak dan Gondok dikeluarkan oleh Council on Foreign Relations, tampak seperti dibawah ini. Merah menandakan campak sementara hijau menandakan penyebaran gondok. Dampak tersebut baru menggambarkan dampak terhadap dua jenis wabah yang seharusnya hilang namun kembali muncul, belum lagi wabah bahaya yang lain.

dampak anti vaksin || sumber: Council on Foreign Relations
dampak anti vaksin || sumber: Council on Foreign Relations
Mengapa disebut wabah? karena realitasnya penyebaran penyakit bisa saja berasal dari Afrika namun dapat mencapai Indonesia. Sebagai contoh kasus, akibat sentimen pada vaksin karena penyesatan informasi, dalam laporan WHO, polio mewabah di daerah Kano Nigeria pada 2003, kemudian menyebar ke 13 negara Afrika lain, dari Sudan sampailah ke Arab Saudi dan Yaman, yang akhirnya sampai di Indonesia.

Petugas program WHO Indonesia, Dr Bardan Jung Rana, saat itu menemukan bahwa setelah 10 tahun interval tanpa kasus polio, kemunculan mulai pada april 2005. Labolatorium polio di Bandung kala itu berhasil mengisolasi polivirus liar. Dari analisis genetik menunjukkan kesamaan gen virus yang berasal dari Arab Saudi dan Yaman. Luar biasa kampanye fasis melalui anti vaksin benar bisa menghancurkan fundamental negara-negara membangun secara global.

- Uang di Balik Anti Vaksin -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun